RESPIRASI
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Respirasi harus berlangsung pada setiap sel yang hidup aktif untuk mempertahankan kehidupannya disamping tumbuhan, binatang pun berespirasi. Semua sel aktif terus menerus melakukan respirasi, sering menyerap O2 dan melepaskan CO2 dalam volume yang sama. Namun, seperti kita ketahui,respirasi lebih sekedar pertukaran gas secara sederhana., yaitu senyawa dioksida menjadi CO2. Sedangkan O2 yang diserap dioreduksi membentuk H2O (Fither and Hay, 1999).
Reaksi respirasi merupakan reaksi katabolisme yang memecah molekul-molekul gula menjadi molekul anorganik berupa CO2 dan H2O. Tujuan respirasi adalah untuk mendapatkan energy melalui proses glikolisis.
Pada respirasi sel, oksigen terlibat sebagai reaktan bersama bahan bakar organic dan menghasilkan air, karbon dioksida, serta produk energy utamanya ATP. ATP (adenosintrifosfat) memiliki energy untuk aktifitas sel seperti melakukan sintesis biomolekul dari molekul pemula yang lebih kecil, menjalankan kerja mekanik seperti pada kontraksi otot, dang mengangkut biomolekul atau ion melalui membrane menuju daerah berkonsentrasi lebih tinggi. Secara Rantai transport electron menerima electron dari produk hasil perombakan glikolisis dan siklus Krebs dan mentransfer electron dari satu molekul ke molekul lain.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian transport electron?
2.Apa saja molekul pemindah electron dan proton?
3.Apa yang dimaksud Jalur Pentosa Posfat?
4.Apa factor-faktor yang mempengaruhi respirasi?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Transpor Elektron
Rantai transpor elektron adalah tahapan terakhir dari reaksi respirasi aerob. Transpor elektron berlangsung pada krista (membran dalam) dalam mitokondria. Molekul yang berperan dalam reaksi ini adalah NADH dan FADH2, yang dihasilkan pada reaksi glikolisis, dekarboksilase oksidatif dan siklus krebs. Selain itu, molekul lain yang juga berperan adalahmolekul oksigen, koenzim Q (Ubiquinone), sitokrom b, sitokrom c, dan sitokrom a.
Rantai pemindahan electron mengandung empat kompleks protein dan dua pengemban electron yang bersifat mobil.hasil akhir perpindahan electron dari NADH dan FADH2 ke oksigen membentuk air.
Pada sistem transport electron ini, oksigen adalah akseptor electron yang terakhir , setelah menerima electron , O2 akan bereaksi dengan H+ membentuk H2O. pada sistem ini dihasilkan 34 ATP. Jadi total ATP yang dihasilkan dari respirasi seluler adalah sebagai berikut:
Secara tidak langsung secara Lewat sistem transport elektron langsung
Glikolisis 2 NADH2 = 6 ATP 2 ATP
Reaksi antara 2 NADH2 = 6 ATP
Siklus Krebs 6 NADH2 = 18 ATP 2 ATP
2 FADH2 = 4 ATP
------------------------------------ ------------------
34 ATP 4 ATP
Setiap oksidasi NADH menghasilkan kira-kira 3 ATP, dan kira-kira 2 ATP untuk setiapoksidasi FADH2. Jadi, dalam transpor elektron dihasilkan kira-kira 34 ATP. Ditambah dari hasilglikolisis dan siklus Krebs, maka secara keseluruhan reaksi respirasi seluler menghasilkan total 38 ATP dari satu molekul glukosa. Akan tetapi, karena dibutuhkan 2 ATP untuk melakukantranspor aktif, maka hasil bersih dari setiap respirasi seluler adalah 36 ATP.
2.2 Jalur Pentosa Posfat
Setelah tahun 1950, para ahli fisiologi tumbuhan secara bertahap mulai menyadari bahwa glikolisis dan daur Krebs bukan lah satu-satunya reaksi tumbuhan dalam memperoleh energy dari oksidasi gula menjadi karbon dioksidasi air. Karena senyawa antaranya adalah glukosa fosfat lima-karbon, maka rangkaian reaksi alternatif tersebut disebut lintasan pjalur pentose fosfat.JPF dapat dianggap jalur alternatif menuju senyawa yang akan dirombak oleh glikolisis. Reaksi-reaksi ini dipacu oleh:
1. Enzim transketolase ; mengkatalisis 2 karbon dari ketosa (donor) ke aldosa (akseptor)
2. Enzim transaldolase ; mengkatalisis 3 karbon dari suatu ketosa ke suatu aldosa
Fungsi Jalur Pentosa Fosfat yaitu:
1. Pentosa 5 fosfat digunakan untuk membuat RNA, DNA, dan beberapa koenzim seperti ATP, NADH, FADH2 dan Koenzim A.
2. Menghasilkan ribulosa-5-P yang merupakan bahan baku unit ribosa dan deoksiribosa pada nukleotida pada RNA dan DNA
2.3 Faktor yang mempengaruhi laju respirasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi dapat di bedakan menjadi dua bagian yakni: faktor internal dan faktor eksternal. Laju respirasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
1. Suhu
Semakin tinggi suhu, semakin tinggi laju respirasi. Laju reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu sebesar 100C, namun hal ini tergantung pada masing- masing spesies.
2. Ketersediaan substratting dalam melakukan respirasi.
Tersedianya substrat pada tanaman merupakan hal yang penting dalam melakukan respirasi. Tumbuhan dengan kandungan substrat yang rendah akan melakukan respirasi dengan laju yang rendah pula. Demikian sebliknya bila substrat yang tersedia cukup banyak maka laju respirasi akan meningkat.
3. Kadar O2 diudara
Pengaruh kadar O2 dalam atmosfer terhadap kecepatan respirasi ini akan berbeda-beda tergantung pada Macam jaringan. Tetapi meskipun demikian makin tinggi kadar O2 di atmosfir makin tinggi kecepatan respirasinya. Namun perlu di ingat bahwa pada umumnya variasi dari kadar O2 atmosfir adalah terlalu kecil untuk dapat mempunyai pengaruh yang nyata terhadap kecepatan respirasi. Biasanya jika perubahan kadar O2 atmosfer kurang dari 5% dari kadar O2 atmosfer yang biasanya maka pengaruh terhadap kecepatan respirasi adalah kecil(dapat di abaikan).
4. Kurangnya konsentrasi CO2 di udara
Kurangnya O2 atau kelebihan CO2 tampak pada kegiatan respirasi biji-bijian, akar maupun batang yang terpendam dalam tanah. Jika kadar CO2 naik sampai 10 % dan kadar O2 turun sampai 0 % maka respirasi akan terhenti.
5. Enzim
Enzim-enzim yang aktif dalam respirasi
1. Transposporilase
- Memindahkan H3PO4 dari molekul satu ke lainnya
- Dibantu ion-ion Mg2+ pada jalur glikolisis
2. Desmolase
Berperan dalam pemindahan atau penggabungan ikatan karbon spt aldolase dalam pemecahan fruktosa mjd gliseraldehida dan dihidroksiaseton
3. Karboksilase
Mengubah asam organik secara bolak-balik
4. Dehidrase
- Menambahkan atau mengurangkan air dari senyawa tanpa menguraikan senyawa
- contohnya: Enolase, fumarase, akonitase
BAB IV
PENUTUPI
4. Kesimpulan
Rantai transpor elektron adalah tahapan terakhir dari reaksi respirasi aerob. Transpor elektron sering disebut juga sistem rantai respirasi atau sistem oksidasi terminal. Transpor elektron berlangsung pada krista (membran dalam) dalam mitokondria. Molekul yang berperan penting dalam reaksi ini adalah NADH dan FADH2, yang dihasilkan pada reaksi glikolisis,dekarboksilasi oksidatif, dan siklus Krebs. Selain itu, molekul lain yang juga berperan adalahmolekul oksigen, koenzim Q (Ubiquinone), sitokrom b, sitokrom c, dan sitokrom a.Rantai transpor elektron membawa baik proton maupun elektron.
Mengangkut proton dari donor ke akseptor, dan mengangkut proton melawati membran. Proses inimenggunakan molekul yang larut dan terikat pada molekul transfer.
Pada mitokondria, elektronditransfer dalam ruang antarmembran menggunakan protein transfer elektron sitokrom c yanglarut dalam air. Ia hanya mengangkut elektron, dan elektron ini ditransfer menggunakan reduksidan oksidasi atom besi yang terikat pada protein pada gugus heme strukturnya. Sitokrom c jugaditemukan pada beberapa bakteri, di mana ia berlokasi di dalam ruang periplasma.
Daftar Pustaka
http://sukabio.wordpress.com/2009/07/30/transpor-elektron/
http://www.scribd.com/doc/40541303/Transport-Elektron
biologigonz.blogspot.com/2009/12/sistem-transport-elektron.htmlhalimah-arni.blogspot.com/2010/.../sistem-rantai-traspor-elektron
edukasi.net/index.php?mod=script&cmd.../view&id=348
Jumat, 31 Agustus 2012
Kamis, 30 Agustus 2012
Tentang Planet Venus
PLANET VENUS
1.1 Asal-usul Planet
Darimanakah asal-usul Planet? Pada 4.600 juta tahun yang silam, sebagian awan dan gas di ruang angkasa mengerut dan panas, inilah awalnya matahari terjadi. Planet terjadi dan terbentuk di karenakan benturan matahari. Salah satu matahari yang setabil dan sisa-sisa gas dan debu yang mengintari Matahri itu, menjelmalah Planet-Planet. Setiap planet bergerak mengintari Matahari pada Orbit Planet atau pada jalurnya masing-masing. pada saat mengorbit itu, Planet juaga berpusing seperti gansing.
Pada tahun 2006 Ilmuwan sepakat mengeluarkan Pluto dari Galaksi bima sakti dan menjadikan jumlah menjadi 8. Planet di ambil dari kata dalam bahasa yunani Asteres Planetai yang artinya bintang pengalana di karnakan sewaktu terlihat berkelana, namun pada Zaman Yunani Kuno yang belum mengenal konsep heliosentris.namun dianggap representasi dewa pada abad 4 SM oleh Aristoteles. Planet-planet galaksi bimasakti ada 9 yaitu Merkurius yang di sebut dewa HERMER, Venus dewa APHRODITE, Bumi, Mars dewa ARES, Jupiter dewa KRONOS, Uranus dewa YUNANI yang juga merupakan ayah dari Jupiter, dan Neptunus dewa laut yang tidak diberikan padanan sebagai, dan Pluto. Namun di Tahun 26 Agustus 2006 ilmuwan sepajat mengeluarkan Pluto dari galaksi bima sakti dan menjadikan jumlah 8 planet.
1.2 Pengertian Planet Venus
Venus adalah planet yang paling bersinar. Ia merupakan Planet yang beralam ganas dan gersang. Atmosfirnya terdiri dari gas-gas beracun dan awan asam. venus seringkali dilati kilat dan halilintar. Venus secara rotasi berlawanan dengan planet-planet lain dan sangat lambat. Sebab itu venus memiliki ukuran hari yang sangat panjang.
Venus adalah planet terdekat kedua dari matahari setelah planet Merkurius. Planet ini memiliki radius 6.052 km dan berevolusi dalam waktu 224,7 hari. Dan berotasi selama 249,0 hari. Planet ini tidak memiliki satelit alam seperti planet merkurius. Ukuran planet ini hampir sama dengan bumi jugu planet ini adalah yang paling dekat dengan bumi. Diameter venus adalah 108,2 Juta Km.
Seperti halnya merkurius planet ini juga dapat dilihat dengan mata telanjang, venus biasanya terlihat di sebelah timur sebelum matahari terbit, sehingga venus di sebut bintang timur atau bintang pagi. Kadang-kadang juga venus terlihat di sebelah barat sebelum matahari terbenam, sehingga venus dinamakan bintang senja, bintang barat, atau bintang kejora.
Arah rotasi Venus berlawanan dengan arah rotasi planet-planet lain yang ada di tatasurya kita ini. Selain itu, jangka waktu rotasi Venus lebih lama daripada jangka waktu revolusinya dalam mengelilingi matahari.
1.3 Bagian Luar Planet Venus
Planet venus sering di tutupi awan padat. Atmosfer venus terdiri dari Karbondioksida dan nitrogen. Temperatur permukaan venus sangat tinggi, yaitu 480°C, sehingga tidak mungkin ada air dalam wujud cair.
.Kandungan atmosfernya yang pekat dengan CO2 menyebabkan suhu permukaannya sangat tinggi akibat efek rumah kaca. Atmosfer Venus tebal dan selalu diselubungi oleh awan. Pakar astrobiologi berspekulasi bahwa pada lapisan awan Venus termobakteri tertentu masih dapat melangsungkan kehidupan.
NO JENIS HASIL
1 Nama Planet Venus
2 Kala Rotasi 249,0 Hari
3 Kala Revolusi 224,7 Hari
4 Atmosfer Karbon Dioksida (CO2), Nitrogen
5 Satelit Alam -
6 Jarak Di Matahari 108,2 Juta km
7 Diameter Planet 12,104 Juta km
8 Warna Planet Coklat Keputihan
1.4 ATMOSFER VENUS
Bagian Luar Planet Venus sering di tutupi awan padat. Atmosfer nya terdiri dari Karbondioksida dan nitrogen. Temperatur permukaan venus sangat tinggi, yaitu 480°C, sehingga tidak mungkin ada air dalam wujud cair.
Kandungan atmosfernya yang pekat dengan CO2 menyebabkan suhu permukaannya sangat tinggi karna diakibatkan oleh efek rumah kaca. Atmosfer Venus tebal dan selalu diselubungi oleh awan. Pakar astrobiologi berspekulasi bahwa pada lapisan awan Venus termobakteri tertentu masih dapat melangsungkan kehidupan.
Dalam wawancara telepon dengan dr. david grinspoon, Ilmuwan Antardisiplin dari proyek Venus Express badan antariksa Eropa, beliau menyampaikan bahwa atmosfer di Venus pernah mendukung kehidupan. “Apakah pernah ada kehidupan hewan di venus? Saya ingin mengatakan bahwa jawabannya ya. Kami sungguh tidak tahu berapa lama kehidupan pernah ada di venus sebelum perubahan iklim yang ekstrem seperti yang kita lihat hari ini membuat hidup kita menderita”.
Venus dipercaya oleh para ilmuwan telah mengalami pemanasan global yang cepat serta bencana yang sama yang sedang dihadapi oleh Bumi. Pada bulan Juli 2008, ternyata benar ditemukan adanya hydrooxl di Venus, Hydroxyl adalah molekul penting yang susah dideteksi. Molekul ini tersusun dari atom hydrogen dan oxygen. Molekul ini ditemukan di permukaan Venus, sekitar 100 KM diatas permukaan atmosfer Venus yang ditemukan oleh Venus Express (wahana luar angkasa yang memiliki misi mendalami planet Venus) Molekul membingungkan ini berhasil dideteksi setelah menjauhkan Venus Express dari permukaan venus dan mengamati permukaan venus yang meredup. Hydroxyl dideteksi dengan mengukur tingkat infra merah yang dipancarkan oleh venus. Ada pemikiran yang menyatakan bahwa hydroxyl ini penting untuk atmosfer planet lain karena sangat reaktif. Di bumi sendiri, hydroxyl ini perperan untuk membersihkan polutan dari atmosfer dan membantu menjaga kestabilan karbon dioksida, mencegahnya berubah menjadi karbon monoksida.
Para ilmuan peneliti Venus masih mengkalkulasi perkiraan jumlah ozone yang terdapat pada atmosfer planet Venus. Kondisi Hydroxyl di Venus sendiri tidak stabil bisa mencapai 50% di satu sisi dan melemah atau menguat di sisi lain, hal ini juga berarti bahwa jumlah ozone yang ada di planet ini juga tidak stabil. Ozone sendiri penting bagi kehidupan karena dapat menyerap radiasi ultraviolet yang dipancarkan oleh matahari. Penyerapan radiasi ultra violet ini sangat mempengaruhi suhu suatu planet, dan tentu saja kemungkinan hidup di planet tersebut.
1.5 MITOLOGI VENUS
Venus adalah salah satu yang terkenal dalam sejarah mitologi Romawi. Dewi ini diasosiasikan dengan cinta dan kecantikan, identik dengan Aphrodite dan Etruscan deity Turan dari mitologi Yunani. Image Venus merupakan gabungan di antara keduanya. Selain itu terdapat dewi sejenis Tlahuizcalpantecuhtli di peradaban Aztec, atau Kukulcan di peradaban Maya. Nama Venus mempunyai kemiripan dengan bahasa Sanskerta vanas yang berarti (kecintaan, gairah). Hal ini menimbulkan dugaan bahwa konsep Venus berasal dari pengaruh Proto-Indo-Eropa.
1.6 DI UNGKAPNYA MISTERI VENUS
Selama ini para ahli astronomi belum berhasil menemukan jawaban dari keanehan yang terjadi di planet Venus. Yang jelas, Venus tersusun atas materi yang sama dengan bumi kecuali kenyataan bahwa Venus jauh lebih kering, beratmosfir lebih padat dan panasnya mampu melelehkan timah. Venus juga berotasi terbalik dibanding semua planet dalam tata surya kita. John Huw Davies, ilmuwan dari Cardiff University di Inggris baru-baru ini mengemukakan sebuah pendapat bahwa Venus terbentuk dari benturan dua materi pembentuk planet yang berukuran sangat besar. Dalam proses pembentukan itu, semua kandungan air musnah dan menyebabkan kondisi Venus yang kering.Penjelasan itu bukan tidak mungkin karena sebagian besar ilmuwan yakin bahwa bulan juga terbentuk dari hasil benturan sebuah materi pembentuk planet sebesar Mars dengan Bumi. Venus diperkirakan dibentuk dari benturan materi yang jauh lebih besar lagi. Beberapa ilmuwan meragukan pendapat Davies ini namun mereka masih belum menemukan celah dalam pernyataan Davies yang cukup detail tersebut. Menurut Davies besarnya massa yang bertubrukan menghasilkan energi yang cukup besar untuk memecahkan air menjadi unsur penyusunnya yaitu Hidrogen dan Oksigen. Hidrogen kemudian menguap sedangkan Oksigen menyatu dengan besi dan menyatu dengan inti planet. Sejauh ini belum ada kesatuan pendapat antara para ilmuwan namun Davies yakin bahwa pendapatnya layak untuk di tindak lanjuti lebih jauh lagi.
1.6 PLANET RUMAH KACA (VENUS)
Akhir-akhir ini sering terdengar tentang pemanasan global atau global warming. Pemanasan global ini adalah kenaikan temperatur rata-rata di permukaan bumi selama beberapa dekade belakangan ini. Selama dekade belakangan ini suhu rata-rata di permukaan bumi mengalami anomali dengan meningkatnya suhu rata-rata. Hanya beberapa daerah saja di muka bumi ini yang justru rata-rata suhu permukaannya turun kebanyakan di daerah lautan. Pemanasan global ini disebabkan oleh banyaknya gas-gas rumah kaca (greenhouse gas) yang akhir-akhir ini dilepaskan ke atmosfir akibat aktivitas-aktivitas manusia (yang kebanyakan adalah pembakaran bahan bakar berbasis hidrokarbon). Gas-gas rumah kaca yang dilepaskan ke atmosfir dari aktivitas-aktivitas manusia tersebut adalah: gas CO2 (karbon dioksida), N2O (dinitrogen monoksida), CFC (kloroflourokarbon) dan CH4 (metana). Penebangan hutan yang terjadi di mana-mana turut memperparah terjadinya pemanasan global. Uap air juga merupakan gas rumah kaca, namun uap air (yang kebanyakan berasal dari sumber-sumber alami) tidak memberikan kontribusi positif terhadap pemanasan global.
Ada satu tempat di tata surya, di sebuah planet yang merupakan tetangga Bumi yang merupakan tempat di mana pemanasan globalnya benar-benar dahsyat yaitu Planet Venus. Planet yang berabad-abad diasosiasikan dengan kaum wanita ini karena planet ini kalau dilihat dari Bumi dengan menggunakan teleskop benar-benar terlihat ‘mulus’ dan tidak rata penuh dengan kawah-kawah seperti di Bulan ataupun Merkurius ataupun Mars. Planet ini terlihat ‘mulus’ karena yang terlihat adalah awan dan atmosfir Venus yang ekstra tebal yang sangat kaya dengan CO2 (>95%). Sangking tebalnya sehingga awan dan atmosfir Venus ini menutup daratan planet ini yang sebenarnya juga tidak rata. Karena atmosfir Venus sangat kaya dengan CO2 dan juga karena ketebalannya, maka tak ayal lagi planet ini layak dinobatkan sebagai ratunya planet pemanasan global di tata surya. Suhu permukaan planet ini adalah >460°C ( >860°F) padahal planet yang paling dekat dengan Matahari yaitu Merkurius yang mendapat energi/panas matahari 4 kali dari planet Venus, suhunya pada siang hari (sisi yang menghadap matahari) panasnya hanya kira-kira 420°C (790°F). Hal ini berarti bahwa Venus merupakan planet yang terpanas permukaannya di antara planet-planet lain di tata surya. Suhunya pada malam hari juga tidak berbeda jauh, ini karena panas dari tempat yang menghadap matahari di bawa oleh angin di bagian bawah atmosfir ke bagian yang malam hari. Para ahli mengatakan kemungkinan zaman dahulu atmosfir Venus menyerupai atmosfir Bumi karena dahulu cukup banyak air di permukaan Venus. Namun karena air ini menguap dan banyak yang hilang ke angkasa maka mulailah efek rumah kaca yang memicu pemanasan global yang terjadi pada planet itu hingga saat ini. Neraka di Venus ini diperparah dengan tekanannya yang sangat besar. Jikalau di Bumi, tekanan pada ketinggian di permukaan laut adalah sebesar 1 atmosfer (semakin tinggi elevasi semakin berkurang tekanan atmosfer) maka di Venus tekanan di permukaan planetnya adalah kira-kira sebesar 90 atmosfer! Dua wahana antariksa milik (bekas) Uni Soviet yaitu Venera 13 dan Venera 14 adalah satu-satunya wahana buatan manusia yang ‘nekad’ mendarat di permukaan Venus yang ganas itu di tahun 1982.
Venera 13 bahkan sempat mengirimkan foto permukaan Venus seperti foto di samping. Foto tersebut adalah satu-satunya foto otentik permukaan Venus yang pernah diambil oleh manusia.
1.7 Gambar Permukaan Venus
Dengan keadaan planet Venus yang panas membara dengan tekanan udaranya yang ekstra besar, Venera 13 ‘hanya’ mampu bertahan selama kira-kira dua jam saja di planet tersebut sedangkan Venera 14 hanya bertahan kurang dari satu jam saja. Sesudah itu kedua wahana antariksa itu hanya menjadi onggokan sampah di planet tersebut. Tentu planet Bumi tempat kita tinggal ini, tidak ingin bernasib sama dengan planet Venus.
Pemanasan global harus dihentikan, sebab walaupun mungkin pemanasan global di Bumi belum separah di planet Venus, namun kenaikan suhu beberapa derajad Celsius saja, bisa menyebabkan melelehnya es di Antartika ataupun di Kalaallit Nunaat (Greenland) yang dapat menyebabkan daerah-daerah di pinggir pantai di seluruh dunia jadi tenggelam termasuk ibu kota kita Jakarta dan juga kota-kota besar lainnya.
1.7 Hilangnya air di planet venus
Pada deteksinya yang pertama, Venus Express berhasil menjejak proses hilangnya lapisan atmosfer pada Planet Venus dari sisi siang planet tersebut, tetapi tahun lalu, wahana antariksa itu telah mengungkap bahwa sebagian besar atmosfer planet itu hilang di malam hari. Kombinasi dua pendeteksian atmosferik ini membawa para antariksawan semakin dekat memahami apa yang sebenarnya terjadi pada air Planet Venus yang diduga pernah semelimpah Planet Bumi.
Instrumen magnetometer Venus Express (MAG) telah mendeteksi secara tidak terbantahkan bahwa unsur gas hidrogen telah dilepaskan pada siang hari. “Ini adalah proses yang dipercaya pernah terjadi pada Venus namun baru pertamakali ini kami bersepakat,” kata Magda Delva dari Akademi Sains Austria di Graz, yang memimpin proyek investigasi Venus ini. Berkat pilihan orbit yang tepat, Venus Express secara strategis ditempatkan pada posisi yang memungkinkannya mampu menyelidiki proses hilangnya atmosfer Planet Venus. Wahana antariksa ini mengelilingi kedua kutub Planet Venus dengan orbit yang sangat eliptis. Air adalah molekul kunci dalam Planet Bumi yang membuat planet itu dihuni kehidupan. Dan karena Bumi dan Venus hampir seukuran dan dibentuk pada masa yang relatif sezaman, para astronom mempercayai kedua planet ini dibentuk oleh unsur cair yang sama banyaknya. Kini diketahui bahwa proporsi air di kedua planet ini ternyata sangat berbeda. Kandungan air di atmosfer dan samudera pada Planet Bumi ternyata 100 ribu kali banyak dari yang ada di Venus. Berkaitan dengan rendahnya konsentrasi air di Planet Venus, Delva dan kolega-koleganya menemukan fakta bahwa sejumlah inti hidrogen yang merupakan atom-atom penyusun molekul air, hilang setiap detik di siang hari Planet Venus. Tahun lalu, Analyser of Space Plasma and Energetic Atoms (ASPERA) yang tertancap dalam Venus Express menunjukkan, ada penghilangan unsur hidrogen dan oksigen di sisi malam dari planet itu yang banyaknya berbanding dua kali atau setiap satu oksigen yang dilepaskan setara dengan dua kali atom hidrogen lepas. Mengingat air tersusun dari dua atom hidrogen dan satu atom oksigen, maka atom-atom yang terlepas itu menunjukkan bahwa molekul air telah diurai di atmosfer Planet Venus. Matahari tidak hanya memancarkan sinar dan panasnya ke ruang angkasa, tetapi juga dengan konstan memuntahkan badai surya yang terdiri dari semburan partikel-partikel bermuatan listrik dan magnetik. Badai surya ini menciptakan medan-medan elektromagnetis dalam
Sistem Tata Surya dan bertiup melewati planet-planet. Tidak seperti Bumi, Venus tidak menghasilkan medan magnetik yang sebenarnya sangat penting karena melindungi atmosfer Bumi dari terjangan badai surya. Meskipun begitu, di Venus, badai surya menyerang lapisan teratas atmosfer dan tidak membawa partikel ke ruang angkasa. Para pakar planetologi yakin bahwa Venus telah kehilangan kandungan airnya melalui cara itu dan itu terjadi selama 4,5 miliar tahun sejak Planet Bumi tercipta. Agaknya, untuk menegaskan bahwa hidrogen di Planet Venus berasal dari air, Delva dan kawan-kawannya mestinya juga mendeteksi atom-atom oksigen pada siang harinya Venus, sekaligus memerifikasi bahwa ada sekitar setengah total hidrogen Venus telah lepas dari atmosfer planet ini. Ion-ion hidrogen yang terdeteksi mungkin ada di atmosfer jauh di atas permukaan Bumi, namun sumber-sumbernya di wilayah-wilayah itu tidak diketahui. Oleh karena itu, seperti halnya dewi asmara, Planet Venus terus menyimpan misterinya.
1.8 Arah Rotasi Planet Venus Berlawanan Dengan Arah Rotasi Planet-planet Lain
Planet terdekat kedua dari matahari setelah Merkurius adalah Venus. Planet ini memiliki radius 6.052 km dan mengelilingi matahari dalam waktu 225 hari. Atmosfer Venus mengandung 97% karbondioksida (CO2) dan 3% nitrogen, sehingga hampir tidak mungkin terdapat kehidupan.
Arah rotasi Venus searah jarum jam artinya berlawanan dengan arah rotasi planet-planet lain. Selain itu, jangka waktu rotasi Venus lebih lama daripada jangka waktu revolusinya dalam mengelilingi matahari.
Venus mempunyai kandungan atmosfernya yang pekat dengan CO2 menyebabkan suhu permukaannya sangat tinggi akibat efek rumah kaca. Atmosfer Venus tebal dan selalu diselubungi oleh awan. Pakar astrobiologi berspekulasi bahwa pada lapisan awan Venus termobakteri tertentu masih dapat melangsungkan kehidupan.
1.8.1 Planet venus adalah planet terpanas
Pasti kalian bingung pelanet venus planet ke 2 dan merkurius planet ke 1 kenapa pelanet venus yang lebih panas aneh kan berikut penjelasannya di planet venus kalau panas matahari masuk kedalam planet venus panas tidak akan dapat keluar lagi karena planet venus di selubungi awan karbondioksida panas venus rata-rata 470 celcius danplanet merkurius 425 celcius
1.8.2 Venus mirip dengan bumi
Bumi dan Venus memiliki ukuran dan massa yang sangat mirip. Venus adalah planet yang orbitnya paling dekat dengan bumi. Ukuran Venus hanya 650 km kurang dari ukuran Bumi, dan massa Venus adalah 81,5% massa Bumi.
Meskipun serupa dalam ukuran dan massa dengan Bumi, atmosfer Venus membedakannya. Massa dari atmosfer Venus adalah 93 kali lipat dari atmosfer bumi. Jika Anda bisa berdiri di permukaan Venus, Anda akan mengalami 93 kali tekanan yang Anda miliki di Bumi. Ini sama seperti pergi hampir satu kilometer di bawah permukaan laut.
Dan jika tekanan tidak membunuhmu, panas dan bahan kimia beracun pasti akan sanggup membunuh Anda. Suhu di Venus dapat menimbulkan 460 ° C. Dan ada awan tebal belerang dioksida di Venus yang turun hujan asam sulfat. Ini benar-benar adalah tempat seperti neraka.
1.9 Banyak Wahana Antariksa yang mencoba mendarat di Venus
Untuk seperti neraka dunia , Anda akan berpikir bahwa mustahil untuk mendarat pada permukaannya. Uni Soviet meluncurkan serangkaian pesawat ruang angkasa Venera untuk mencoba pendaratan di permukaan Venus. Tapi mereka meremehkan betapa buruk atmosfir Venus.
Wahana awal hancur ketika mereka diturunkan melalui atmosfer. Tapi akhirnya Venera 8 adalah pesawat ruang angkasa pertama yang mendarat di permukaan Venus dan mengirim gambar kembali ke bumi. Selanjutnya misi berlangsung lebih lama, dan bahkan mengembalikan gambar berwarna pertama dari permukaan Venus.
Venus pernah dianggap mempunyai kehidupan akibat dari kemiripannya dengan Bumi
Sampai orang Amerika dan Soviet mengirimkan pesawat ruang angkasa pertama mereka untuk mempelajari Venus lebih dekat, tidak ada yang benar-benar tahu apa yang ke bawah awan tebal planet itu. Sains fiksi penulis memimpikan hutan tropis yang rimbun. Suhu neraka dan atmosfer padat mengejutkan semua orang.
Venus tidak memiliki Bulan
Sekali lagi, Venus terlihat seperti saudara kembar bumi. Berbeda dengan Bumi, Venus tidak memiliki bulan. Mars memiliki bulan, dan bahkan Pluto memiliki bulan. Tapi Venus TIDAK MEMILIKI bulan.Venus terlihat di atas bulan Bumi, yang hanya diterangi oleh cahaya tercermin dari Bumi. Karena kedekatan Venus ke Bumi dan cara awan yang memantulkan sinar matahari, tampaknya menjadi planet paling terang di langit malam.
Venus memiliki fase
Meskipun Venus hanya tampak seperti bintang yang sangat terang di langit, jika Anda bisa melihatnya dengan teleskop, Anda akan melihat sesuatu yang jauh berbeda. Ketika melihat melalui teleskop, Anda dapat melihat bahwa Venus melewati tahapan, seperti Bulan. Ketika Venus mendekat ia akan seperti bulan sabit tipis. Dan kemudian, ketika Venus menjauh Anda melihat lebih dari lingkaran.
Venus memiliki banyak kawah
Seperti permukaan Merkurius, Mars dan Bulan ditumbuk dengan dampak kawah, permukaan Venus memiliki kawah relatif sedikit. Ilmuwan memperkirakan bahwa permukaan Venus hanya setengah miliar tahun. Aktivitas vulkanis yang konstan membentuk ulang permukaan, mencakup lebih dari apapun dampak kawah secara teratur.
DAFTAR PUSTAKA
http://edukasi.kompasiana.com/2011/06/05/keunikan-planet-venus/
http://galaxycall.wordpress.com/
Solar System Exploration – National Aeronautics and Space Administration (NASA)
http://pinginpintar.com/arah-rotasi-planet-venus-berlawanan-dengan-arah-rotasi-planet-planet-lain/
http://blogilmupengetahuanalex.blogspot.com/2011/01/planet-venus-adalah-planet-terpanas.html
id.wikipedia.org/wiki/Venus_(mitologi)
www.kapanlagi.com/h/0000215860.html
spektrumku.wordpress.com/2009/01/18/venus-planet-rumah-kaca/
www.antara.co.id/arc/2008/12/19/bagaimana-air-di-planet-venus-bisa-hilang/
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/11/planet-venus/
1.1 Asal-usul Planet
Darimanakah asal-usul Planet? Pada 4.600 juta tahun yang silam, sebagian awan dan gas di ruang angkasa mengerut dan panas, inilah awalnya matahari terjadi. Planet terjadi dan terbentuk di karenakan benturan matahari. Salah satu matahari yang setabil dan sisa-sisa gas dan debu yang mengintari Matahri itu, menjelmalah Planet-Planet. Setiap planet bergerak mengintari Matahari pada Orbit Planet atau pada jalurnya masing-masing. pada saat mengorbit itu, Planet juaga berpusing seperti gansing.
Pada tahun 2006 Ilmuwan sepakat mengeluarkan Pluto dari Galaksi bima sakti dan menjadikan jumlah menjadi 8. Planet di ambil dari kata dalam bahasa yunani Asteres Planetai yang artinya bintang pengalana di karnakan sewaktu terlihat berkelana, namun pada Zaman Yunani Kuno yang belum mengenal konsep heliosentris.namun dianggap representasi dewa pada abad 4 SM oleh Aristoteles. Planet-planet galaksi bimasakti ada 9 yaitu Merkurius yang di sebut dewa HERMER, Venus dewa APHRODITE, Bumi, Mars dewa ARES, Jupiter dewa KRONOS, Uranus dewa YUNANI yang juga merupakan ayah dari Jupiter, dan Neptunus dewa laut yang tidak diberikan padanan sebagai, dan Pluto. Namun di Tahun 26 Agustus 2006 ilmuwan sepajat mengeluarkan Pluto dari galaksi bima sakti dan menjadikan jumlah 8 planet.
1.2 Pengertian Planet Venus
Venus adalah planet yang paling bersinar. Ia merupakan Planet yang beralam ganas dan gersang. Atmosfirnya terdiri dari gas-gas beracun dan awan asam. venus seringkali dilati kilat dan halilintar. Venus secara rotasi berlawanan dengan planet-planet lain dan sangat lambat. Sebab itu venus memiliki ukuran hari yang sangat panjang.
Venus adalah planet terdekat kedua dari matahari setelah planet Merkurius. Planet ini memiliki radius 6.052 km dan berevolusi dalam waktu 224,7 hari. Dan berotasi selama 249,0 hari. Planet ini tidak memiliki satelit alam seperti planet merkurius. Ukuran planet ini hampir sama dengan bumi jugu planet ini adalah yang paling dekat dengan bumi. Diameter venus adalah 108,2 Juta Km.
Seperti halnya merkurius planet ini juga dapat dilihat dengan mata telanjang, venus biasanya terlihat di sebelah timur sebelum matahari terbit, sehingga venus di sebut bintang timur atau bintang pagi. Kadang-kadang juga venus terlihat di sebelah barat sebelum matahari terbenam, sehingga venus dinamakan bintang senja, bintang barat, atau bintang kejora.
Arah rotasi Venus berlawanan dengan arah rotasi planet-planet lain yang ada di tatasurya kita ini. Selain itu, jangka waktu rotasi Venus lebih lama daripada jangka waktu revolusinya dalam mengelilingi matahari.
1.3 Bagian Luar Planet Venus
Planet venus sering di tutupi awan padat. Atmosfer venus terdiri dari Karbondioksida dan nitrogen. Temperatur permukaan venus sangat tinggi, yaitu 480°C, sehingga tidak mungkin ada air dalam wujud cair.
.Kandungan atmosfernya yang pekat dengan CO2 menyebabkan suhu permukaannya sangat tinggi akibat efek rumah kaca. Atmosfer Venus tebal dan selalu diselubungi oleh awan. Pakar astrobiologi berspekulasi bahwa pada lapisan awan Venus termobakteri tertentu masih dapat melangsungkan kehidupan.
NO JENIS HASIL
1 Nama Planet Venus
2 Kala Rotasi 249,0 Hari
3 Kala Revolusi 224,7 Hari
4 Atmosfer Karbon Dioksida (CO2), Nitrogen
5 Satelit Alam -
6 Jarak Di Matahari 108,2 Juta km
7 Diameter Planet 12,104 Juta km
8 Warna Planet Coklat Keputihan
1.4 ATMOSFER VENUS
Bagian Luar Planet Venus sering di tutupi awan padat. Atmosfer nya terdiri dari Karbondioksida dan nitrogen. Temperatur permukaan venus sangat tinggi, yaitu 480°C, sehingga tidak mungkin ada air dalam wujud cair.
Kandungan atmosfernya yang pekat dengan CO2 menyebabkan suhu permukaannya sangat tinggi karna diakibatkan oleh efek rumah kaca. Atmosfer Venus tebal dan selalu diselubungi oleh awan. Pakar astrobiologi berspekulasi bahwa pada lapisan awan Venus termobakteri tertentu masih dapat melangsungkan kehidupan.
Dalam wawancara telepon dengan dr. david grinspoon, Ilmuwan Antardisiplin dari proyek Venus Express badan antariksa Eropa, beliau menyampaikan bahwa atmosfer di Venus pernah mendukung kehidupan. “Apakah pernah ada kehidupan hewan di venus? Saya ingin mengatakan bahwa jawabannya ya. Kami sungguh tidak tahu berapa lama kehidupan pernah ada di venus sebelum perubahan iklim yang ekstrem seperti yang kita lihat hari ini membuat hidup kita menderita”.
Venus dipercaya oleh para ilmuwan telah mengalami pemanasan global yang cepat serta bencana yang sama yang sedang dihadapi oleh Bumi. Pada bulan Juli 2008, ternyata benar ditemukan adanya hydrooxl di Venus, Hydroxyl adalah molekul penting yang susah dideteksi. Molekul ini tersusun dari atom hydrogen dan oxygen. Molekul ini ditemukan di permukaan Venus, sekitar 100 KM diatas permukaan atmosfer Venus yang ditemukan oleh Venus Express (wahana luar angkasa yang memiliki misi mendalami planet Venus) Molekul membingungkan ini berhasil dideteksi setelah menjauhkan Venus Express dari permukaan venus dan mengamati permukaan venus yang meredup. Hydroxyl dideteksi dengan mengukur tingkat infra merah yang dipancarkan oleh venus. Ada pemikiran yang menyatakan bahwa hydroxyl ini penting untuk atmosfer planet lain karena sangat reaktif. Di bumi sendiri, hydroxyl ini perperan untuk membersihkan polutan dari atmosfer dan membantu menjaga kestabilan karbon dioksida, mencegahnya berubah menjadi karbon monoksida.
Para ilmuan peneliti Venus masih mengkalkulasi perkiraan jumlah ozone yang terdapat pada atmosfer planet Venus. Kondisi Hydroxyl di Venus sendiri tidak stabil bisa mencapai 50% di satu sisi dan melemah atau menguat di sisi lain, hal ini juga berarti bahwa jumlah ozone yang ada di planet ini juga tidak stabil. Ozone sendiri penting bagi kehidupan karena dapat menyerap radiasi ultraviolet yang dipancarkan oleh matahari. Penyerapan radiasi ultra violet ini sangat mempengaruhi suhu suatu planet, dan tentu saja kemungkinan hidup di planet tersebut.
1.5 MITOLOGI VENUS
Venus adalah salah satu yang terkenal dalam sejarah mitologi Romawi. Dewi ini diasosiasikan dengan cinta dan kecantikan, identik dengan Aphrodite dan Etruscan deity Turan dari mitologi Yunani. Image Venus merupakan gabungan di antara keduanya. Selain itu terdapat dewi sejenis Tlahuizcalpantecuhtli di peradaban Aztec, atau Kukulcan di peradaban Maya. Nama Venus mempunyai kemiripan dengan bahasa Sanskerta vanas yang berarti (kecintaan, gairah). Hal ini menimbulkan dugaan bahwa konsep Venus berasal dari pengaruh Proto-Indo-Eropa.
1.6 DI UNGKAPNYA MISTERI VENUS
Selama ini para ahli astronomi belum berhasil menemukan jawaban dari keanehan yang terjadi di planet Venus. Yang jelas, Venus tersusun atas materi yang sama dengan bumi kecuali kenyataan bahwa Venus jauh lebih kering, beratmosfir lebih padat dan panasnya mampu melelehkan timah. Venus juga berotasi terbalik dibanding semua planet dalam tata surya kita. John Huw Davies, ilmuwan dari Cardiff University di Inggris baru-baru ini mengemukakan sebuah pendapat bahwa Venus terbentuk dari benturan dua materi pembentuk planet yang berukuran sangat besar. Dalam proses pembentukan itu, semua kandungan air musnah dan menyebabkan kondisi Venus yang kering.Penjelasan itu bukan tidak mungkin karena sebagian besar ilmuwan yakin bahwa bulan juga terbentuk dari hasil benturan sebuah materi pembentuk planet sebesar Mars dengan Bumi. Venus diperkirakan dibentuk dari benturan materi yang jauh lebih besar lagi. Beberapa ilmuwan meragukan pendapat Davies ini namun mereka masih belum menemukan celah dalam pernyataan Davies yang cukup detail tersebut. Menurut Davies besarnya massa yang bertubrukan menghasilkan energi yang cukup besar untuk memecahkan air menjadi unsur penyusunnya yaitu Hidrogen dan Oksigen. Hidrogen kemudian menguap sedangkan Oksigen menyatu dengan besi dan menyatu dengan inti planet. Sejauh ini belum ada kesatuan pendapat antara para ilmuwan namun Davies yakin bahwa pendapatnya layak untuk di tindak lanjuti lebih jauh lagi.
1.6 PLANET RUMAH KACA (VENUS)
Akhir-akhir ini sering terdengar tentang pemanasan global atau global warming. Pemanasan global ini adalah kenaikan temperatur rata-rata di permukaan bumi selama beberapa dekade belakangan ini. Selama dekade belakangan ini suhu rata-rata di permukaan bumi mengalami anomali dengan meningkatnya suhu rata-rata. Hanya beberapa daerah saja di muka bumi ini yang justru rata-rata suhu permukaannya turun kebanyakan di daerah lautan. Pemanasan global ini disebabkan oleh banyaknya gas-gas rumah kaca (greenhouse gas) yang akhir-akhir ini dilepaskan ke atmosfir akibat aktivitas-aktivitas manusia (yang kebanyakan adalah pembakaran bahan bakar berbasis hidrokarbon). Gas-gas rumah kaca yang dilepaskan ke atmosfir dari aktivitas-aktivitas manusia tersebut adalah: gas CO2 (karbon dioksida), N2O (dinitrogen monoksida), CFC (kloroflourokarbon) dan CH4 (metana). Penebangan hutan yang terjadi di mana-mana turut memperparah terjadinya pemanasan global. Uap air juga merupakan gas rumah kaca, namun uap air (yang kebanyakan berasal dari sumber-sumber alami) tidak memberikan kontribusi positif terhadap pemanasan global.
Ada satu tempat di tata surya, di sebuah planet yang merupakan tetangga Bumi yang merupakan tempat di mana pemanasan globalnya benar-benar dahsyat yaitu Planet Venus. Planet yang berabad-abad diasosiasikan dengan kaum wanita ini karena planet ini kalau dilihat dari Bumi dengan menggunakan teleskop benar-benar terlihat ‘mulus’ dan tidak rata penuh dengan kawah-kawah seperti di Bulan ataupun Merkurius ataupun Mars. Planet ini terlihat ‘mulus’ karena yang terlihat adalah awan dan atmosfir Venus yang ekstra tebal yang sangat kaya dengan CO2 (>95%). Sangking tebalnya sehingga awan dan atmosfir Venus ini menutup daratan planet ini yang sebenarnya juga tidak rata. Karena atmosfir Venus sangat kaya dengan CO2 dan juga karena ketebalannya, maka tak ayal lagi planet ini layak dinobatkan sebagai ratunya planet pemanasan global di tata surya. Suhu permukaan planet ini adalah >460°C ( >860°F) padahal planet yang paling dekat dengan Matahari yaitu Merkurius yang mendapat energi/panas matahari 4 kali dari planet Venus, suhunya pada siang hari (sisi yang menghadap matahari) panasnya hanya kira-kira 420°C (790°F). Hal ini berarti bahwa Venus merupakan planet yang terpanas permukaannya di antara planet-planet lain di tata surya. Suhunya pada malam hari juga tidak berbeda jauh, ini karena panas dari tempat yang menghadap matahari di bawa oleh angin di bagian bawah atmosfir ke bagian yang malam hari. Para ahli mengatakan kemungkinan zaman dahulu atmosfir Venus menyerupai atmosfir Bumi karena dahulu cukup banyak air di permukaan Venus. Namun karena air ini menguap dan banyak yang hilang ke angkasa maka mulailah efek rumah kaca yang memicu pemanasan global yang terjadi pada planet itu hingga saat ini. Neraka di Venus ini diperparah dengan tekanannya yang sangat besar. Jikalau di Bumi, tekanan pada ketinggian di permukaan laut adalah sebesar 1 atmosfer (semakin tinggi elevasi semakin berkurang tekanan atmosfer) maka di Venus tekanan di permukaan planetnya adalah kira-kira sebesar 90 atmosfer! Dua wahana antariksa milik (bekas) Uni Soviet yaitu Venera 13 dan Venera 14 adalah satu-satunya wahana buatan manusia yang ‘nekad’ mendarat di permukaan Venus yang ganas itu di tahun 1982.
Venera 13 bahkan sempat mengirimkan foto permukaan Venus seperti foto di samping. Foto tersebut adalah satu-satunya foto otentik permukaan Venus yang pernah diambil oleh manusia.
1.7 Gambar Permukaan Venus
Dengan keadaan planet Venus yang panas membara dengan tekanan udaranya yang ekstra besar, Venera 13 ‘hanya’ mampu bertahan selama kira-kira dua jam saja di planet tersebut sedangkan Venera 14 hanya bertahan kurang dari satu jam saja. Sesudah itu kedua wahana antariksa itu hanya menjadi onggokan sampah di planet tersebut. Tentu planet Bumi tempat kita tinggal ini, tidak ingin bernasib sama dengan planet Venus.
Pemanasan global harus dihentikan, sebab walaupun mungkin pemanasan global di Bumi belum separah di planet Venus, namun kenaikan suhu beberapa derajad Celsius saja, bisa menyebabkan melelehnya es di Antartika ataupun di Kalaallit Nunaat (Greenland) yang dapat menyebabkan daerah-daerah di pinggir pantai di seluruh dunia jadi tenggelam termasuk ibu kota kita Jakarta dan juga kota-kota besar lainnya.
1.7 Hilangnya air di planet venus
Pada deteksinya yang pertama, Venus Express berhasil menjejak proses hilangnya lapisan atmosfer pada Planet Venus dari sisi siang planet tersebut, tetapi tahun lalu, wahana antariksa itu telah mengungkap bahwa sebagian besar atmosfer planet itu hilang di malam hari. Kombinasi dua pendeteksian atmosferik ini membawa para antariksawan semakin dekat memahami apa yang sebenarnya terjadi pada air Planet Venus yang diduga pernah semelimpah Planet Bumi.
Instrumen magnetometer Venus Express (MAG) telah mendeteksi secara tidak terbantahkan bahwa unsur gas hidrogen telah dilepaskan pada siang hari. “Ini adalah proses yang dipercaya pernah terjadi pada Venus namun baru pertamakali ini kami bersepakat,” kata Magda Delva dari Akademi Sains Austria di Graz, yang memimpin proyek investigasi Venus ini. Berkat pilihan orbit yang tepat, Venus Express secara strategis ditempatkan pada posisi yang memungkinkannya mampu menyelidiki proses hilangnya atmosfer Planet Venus. Wahana antariksa ini mengelilingi kedua kutub Planet Venus dengan orbit yang sangat eliptis. Air adalah molekul kunci dalam Planet Bumi yang membuat planet itu dihuni kehidupan. Dan karena Bumi dan Venus hampir seukuran dan dibentuk pada masa yang relatif sezaman, para astronom mempercayai kedua planet ini dibentuk oleh unsur cair yang sama banyaknya. Kini diketahui bahwa proporsi air di kedua planet ini ternyata sangat berbeda. Kandungan air di atmosfer dan samudera pada Planet Bumi ternyata 100 ribu kali banyak dari yang ada di Venus. Berkaitan dengan rendahnya konsentrasi air di Planet Venus, Delva dan kolega-koleganya menemukan fakta bahwa sejumlah inti hidrogen yang merupakan atom-atom penyusun molekul air, hilang setiap detik di siang hari Planet Venus. Tahun lalu, Analyser of Space Plasma and Energetic Atoms (ASPERA) yang tertancap dalam Venus Express menunjukkan, ada penghilangan unsur hidrogen dan oksigen di sisi malam dari planet itu yang banyaknya berbanding dua kali atau setiap satu oksigen yang dilepaskan setara dengan dua kali atom hidrogen lepas. Mengingat air tersusun dari dua atom hidrogen dan satu atom oksigen, maka atom-atom yang terlepas itu menunjukkan bahwa molekul air telah diurai di atmosfer Planet Venus. Matahari tidak hanya memancarkan sinar dan panasnya ke ruang angkasa, tetapi juga dengan konstan memuntahkan badai surya yang terdiri dari semburan partikel-partikel bermuatan listrik dan magnetik. Badai surya ini menciptakan medan-medan elektromagnetis dalam
Sistem Tata Surya dan bertiup melewati planet-planet. Tidak seperti Bumi, Venus tidak menghasilkan medan magnetik yang sebenarnya sangat penting karena melindungi atmosfer Bumi dari terjangan badai surya. Meskipun begitu, di Venus, badai surya menyerang lapisan teratas atmosfer dan tidak membawa partikel ke ruang angkasa. Para pakar planetologi yakin bahwa Venus telah kehilangan kandungan airnya melalui cara itu dan itu terjadi selama 4,5 miliar tahun sejak Planet Bumi tercipta. Agaknya, untuk menegaskan bahwa hidrogen di Planet Venus berasal dari air, Delva dan kawan-kawannya mestinya juga mendeteksi atom-atom oksigen pada siang harinya Venus, sekaligus memerifikasi bahwa ada sekitar setengah total hidrogen Venus telah lepas dari atmosfer planet ini. Ion-ion hidrogen yang terdeteksi mungkin ada di atmosfer jauh di atas permukaan Bumi, namun sumber-sumbernya di wilayah-wilayah itu tidak diketahui. Oleh karena itu, seperti halnya dewi asmara, Planet Venus terus menyimpan misterinya.
1.8 Arah Rotasi Planet Venus Berlawanan Dengan Arah Rotasi Planet-planet Lain
Planet terdekat kedua dari matahari setelah Merkurius adalah Venus. Planet ini memiliki radius 6.052 km dan mengelilingi matahari dalam waktu 225 hari. Atmosfer Venus mengandung 97% karbondioksida (CO2) dan 3% nitrogen, sehingga hampir tidak mungkin terdapat kehidupan.
Arah rotasi Venus searah jarum jam artinya berlawanan dengan arah rotasi planet-planet lain. Selain itu, jangka waktu rotasi Venus lebih lama daripada jangka waktu revolusinya dalam mengelilingi matahari.
Venus mempunyai kandungan atmosfernya yang pekat dengan CO2 menyebabkan suhu permukaannya sangat tinggi akibat efek rumah kaca. Atmosfer Venus tebal dan selalu diselubungi oleh awan. Pakar astrobiologi berspekulasi bahwa pada lapisan awan Venus termobakteri tertentu masih dapat melangsungkan kehidupan.
1.8.1 Planet venus adalah planet terpanas
Pasti kalian bingung pelanet venus planet ke 2 dan merkurius planet ke 1 kenapa pelanet venus yang lebih panas aneh kan berikut penjelasannya di planet venus kalau panas matahari masuk kedalam planet venus panas tidak akan dapat keluar lagi karena planet venus di selubungi awan karbondioksida panas venus rata-rata 470 celcius danplanet merkurius 425 celcius
1.8.2 Venus mirip dengan bumi
Bumi dan Venus memiliki ukuran dan massa yang sangat mirip. Venus adalah planet yang orbitnya paling dekat dengan bumi. Ukuran Venus hanya 650 km kurang dari ukuran Bumi, dan massa Venus adalah 81,5% massa Bumi.
Meskipun serupa dalam ukuran dan massa dengan Bumi, atmosfer Venus membedakannya. Massa dari atmosfer Venus adalah 93 kali lipat dari atmosfer bumi. Jika Anda bisa berdiri di permukaan Venus, Anda akan mengalami 93 kali tekanan yang Anda miliki di Bumi. Ini sama seperti pergi hampir satu kilometer di bawah permukaan laut.
Dan jika tekanan tidak membunuhmu, panas dan bahan kimia beracun pasti akan sanggup membunuh Anda. Suhu di Venus dapat menimbulkan 460 ° C. Dan ada awan tebal belerang dioksida di Venus yang turun hujan asam sulfat. Ini benar-benar adalah tempat seperti neraka.
1.9 Banyak Wahana Antariksa yang mencoba mendarat di Venus
Untuk seperti neraka dunia , Anda akan berpikir bahwa mustahil untuk mendarat pada permukaannya. Uni Soviet meluncurkan serangkaian pesawat ruang angkasa Venera untuk mencoba pendaratan di permukaan Venus. Tapi mereka meremehkan betapa buruk atmosfir Venus.
Wahana awal hancur ketika mereka diturunkan melalui atmosfer. Tapi akhirnya Venera 8 adalah pesawat ruang angkasa pertama yang mendarat di permukaan Venus dan mengirim gambar kembali ke bumi. Selanjutnya misi berlangsung lebih lama, dan bahkan mengembalikan gambar berwarna pertama dari permukaan Venus.
Venus pernah dianggap mempunyai kehidupan akibat dari kemiripannya dengan Bumi
Sampai orang Amerika dan Soviet mengirimkan pesawat ruang angkasa pertama mereka untuk mempelajari Venus lebih dekat, tidak ada yang benar-benar tahu apa yang ke bawah awan tebal planet itu. Sains fiksi penulis memimpikan hutan tropis yang rimbun. Suhu neraka dan atmosfer padat mengejutkan semua orang.
Venus tidak memiliki Bulan
Sekali lagi, Venus terlihat seperti saudara kembar bumi. Berbeda dengan Bumi, Venus tidak memiliki bulan. Mars memiliki bulan, dan bahkan Pluto memiliki bulan. Tapi Venus TIDAK MEMILIKI bulan.Venus terlihat di atas bulan Bumi, yang hanya diterangi oleh cahaya tercermin dari Bumi. Karena kedekatan Venus ke Bumi dan cara awan yang memantulkan sinar matahari, tampaknya menjadi planet paling terang di langit malam.
Venus memiliki fase
Meskipun Venus hanya tampak seperti bintang yang sangat terang di langit, jika Anda bisa melihatnya dengan teleskop, Anda akan melihat sesuatu yang jauh berbeda. Ketika melihat melalui teleskop, Anda dapat melihat bahwa Venus melewati tahapan, seperti Bulan. Ketika Venus mendekat ia akan seperti bulan sabit tipis. Dan kemudian, ketika Venus menjauh Anda melihat lebih dari lingkaran.
Venus memiliki banyak kawah
Seperti permukaan Merkurius, Mars dan Bulan ditumbuk dengan dampak kawah, permukaan Venus memiliki kawah relatif sedikit. Ilmuwan memperkirakan bahwa permukaan Venus hanya setengah miliar tahun. Aktivitas vulkanis yang konstan membentuk ulang permukaan, mencakup lebih dari apapun dampak kawah secara teratur.
DAFTAR PUSTAKA
http://edukasi.kompasiana.com/2011/06/05/keunikan-planet-venus/
http://galaxycall.wordpress.com/
Solar System Exploration – National Aeronautics and Space Administration (NASA)
http://pinginpintar.com/arah-rotasi-planet-venus-berlawanan-dengan-arah-rotasi-planet-planet-lain/
http://blogilmupengetahuanalex.blogspot.com/2011/01/planet-venus-adalah-planet-terpanas.html
id.wikipedia.org/wiki/Venus_(mitologi)
www.kapanlagi.com/h/0000215860.html
spektrumku.wordpress.com/2009/01/18/venus-planet-rumah-kaca/
www.antara.co.id/arc/2008/12/19/bagaimana-air-di-planet-venus-bisa-hilang/
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/11/planet-venus/
EROSI
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Bentuk muka bumi selalu mengalami perubahan. Perubahan bentuk muka bumi disebabkan oleh tenaga endogen dan tenaga eksogen. Tenaga endogen adalah tenaga yang berasal dari perut bumi seperti letusan gunung, gempa bumi dan lain-lain. Sedangkan tenaga eksogen adalah tenaga yang berasal dari luar permukaan bumi, seperti gerakan angin, gerakan air dan lain-lain. Perubahan bentuk permukaan bumi sebenarnya merupakan hal yang bersifat alami. Tenaga eksogen yang dapat mempengaruhi perubahan bentuk permukaan bumi antara lain Pelapukan, Sedimentasi dan Erosi.
Tingkat erosi meningkat karena semakin meningkatnya kegiatan penduduk dengan membuka tanah-tanah pertanian tanpa pengolahan yang benar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Erosi
Menurut istilah ilmu geologi erosi adalah suatu perubahan bentuk batuan, tanah atau lumpur yang disebabkan oleh kekuatan air, angin, es, pengaruh gaya berat dan organisme hidup. Angin yang berhembus kencang terus-menerus dapat mengikis batuan di dinding lembah. Air yang mengalir terus menerus dapat mengerus batuan disekitar seperti yang terjadi pada GRAND CANYON di Amerika. Demikian pula erosi akibat es yang disebut dengan glacier yang dapat meretakkan batuan jika celah-celah batuan yang terisi dengan air yang membeku.
Erosi adalah peristiwa pengkikisan tanah oleh angin, air dan es. Erosi dapat terjadi secara alami dan disebabkan oleh aktivitas manusia. Penyebab alami erosi antara lain adalah hujan, kemiringan lereng, tanaman penutup, dan kemampuan tanah untuk menyerap dan melepas air kedalam lapisan tanah. Erosi yang disebabkan manusia oleh adanya penggundulan hutan, kegiatan pertambangan, perkebunan, dan perladangan.
2.2 Penyebab terjadinyaa erosi
1. Curah Hujan
Sifat-sifat hujan yang perlu diketahui:
a. Intensitas Hujan yaitu banyaknya hujan persatuan waktu. Dinyatakan dalam mm/jam
b. Jumlah hujan yaitu banyaknya air hujan selama terjadinya hujan, selama satu bulan maupun satu tahun
c. Distribusi hujan yaitu penyebaran waktu terjadinya hujan
Dari sifat hujan tersebut yang paling berpengaruh terhadap besarnya erosi adalah intensitas hujan. Jumlah hujan rata-rata tahunan yang tinggi tidak akan menyebabkan erosi yang berat apabila hujan tersebut tidak terjadi merata , sedikit demi sedikit sepanjang tahun. Sebaliknya, curah hujan rata-rata tahunan yang rendah mungkin dapat menyebabkan erosi berat bila hujan tersebut jatuh sangat deras meskipun hanya sekali-kali.
2. Pengaruh lereng
Erosi akan meningkat apabila lereng semakin curam atau semakin panjang. Apabila lereng semakin curam maka kecepatan aliran permukaan meningkat sehingga kekuatan mengangkut menungkat pula. Lereng yang semakin panjang menyebabkan volume air yang mengalir menjadi besar.
Kemiringan dan panjang lereng adalah dua unsure topografi yang paling berpengaruh terhadap aliran permukaan dan erosi. Selain memperbesar jumlah aliran permukaan, makin curamnya lereng juga memperbesar kecepatan aliran permukaan dengan demikian memperbesar energy angkut air. Kemiringan lereng dinyatakan dalam derajad atau persen. Kecuraman lereng 100% sama dengan kecuraman 450.
3. Kerusakan yang disebabkan oleh manusia
Kepekaan tanah terhadap erosi dapat diubah oleh manusia menjadi lebih baik atau lebih buruk. Pembuatan ters-teras tanah yang berleng curam merupakan pengaruh baik bagi manusia karena dapat mengurangi erosi. Sebaliknya, penggundulan hutan di daerah-daerah pengunungan merupakan pengaruh manusia yang buruk karena dapat mempengaruhi banjir.
2.3 Proses terjadinya erosi
Dua sebab utama terjadinya erosi adalah disebabkan secara alamiah dan aktivitas manusia.erosi alamiah dapat terjadi karena adanya pembentukan tanah dan proses yang terjadi untuk mempertahankan keseimbangan tanah secara alami. Sedangkan erosi karena aktivitas manusia disebabkan oleh terkelupanya lapisan tanah bagian atas akibat cara bercocok tanam yang tidak mengindahkan kaidah-kaidah konservasi tanah atau kegiatan pembangunan yang bersifat merusak keadaan fisik tanah (chay asdak, 1995;441).
Erosi merupakan proses alam yang terjadi di banyak lokasi yang biasanya semakin dipengaruhi oleh manusia. Proses alam yang menyebabkan terjadinya erosi adalah karena factor curah hujan, tekstur tanah, tingkat kemiringan tanah. Intensitas curah hujan yang tinggi di suatu lokasi yang tekstur tanahnya alah sendimen, misalnya pasir serta letak tanahnya juga agak curam menimbulkan tingkat erosi yang tinggi. Tanah yang ngundul tanpa tanaman pohon atau rumput akan rawan terhadap erosi.
2.4 Jenis-jenis erosi
Erosi menurut proses terjadinya yaitu:
1. Erosi akibat gaya berat
Batuan atau sedimen yang bergerak terhadap kemiringannya merupakan proses erosi yang disebabkan oleh gaya berat massa. Ketika massa bergerak dari tempat yang tinggi ketempat yang rendah maka terjadilah apa yang disebut dengan pembuangan massa. Dalam proses terjadinya erosi, pembuangan massa memiliki peranan penting karena arus air dapat memindahkan material ketempat-tempat yang jauh lebih rendah. Proses pembuangan massa terjadi terus-menerus baik secara perlahan maupun secara tiba-tiba sehingga dapat menimbulkan bencana longsor. Lereng pengunungan yang terjal dan mengandung tanah liat di sekitar daerah yang sudah retak-retak akan sangat rentan terhadap erosi akibat gaya berat. Erosi ini akan berlangsung sangat cepat sehingga dapat mnimbulkan bencana longsor.
2. Erosi oleh angin
Hembusan angin kencang yan terus-menerus di daerah yang tandus dapat memindahkan pertikel-partikel halus batuan di daerah tersebut sehingga membentuk suatu formasi, misalnya bukit-bukit pasir di gurun atau pantai.
Efek lain angin adalah jika partikel keras yang terbawa dan pertumbuhan dengan berat padat lainnya sehingga menimbulkan erosi yang disebut dengan abrasi. Contoh erosi oleh angin yang menyebabkan terjadinya bukit pasir di Namibia, Afrika,
3. Erosi oleh air
Jika tingkat curah hujan berlebihan sedemikian rupa sehingga tanah tidak dapat menyerap air hujan maka terjadilah genangan air yang mengalir kencang. Aliran ini sering menyebabkan terjadinya erosi yang parah karena dapat mengkikis lapisan permukaan tanah yang dilewatinya, terutama pada tanah yang gundul. Akibat erosi air yang terjadi di El Paso Country, Colorado, Amerika Serikat.
Pada dasarnya air merupakan faktor utama penyebab erosi seperti aliran sungai yang deras. Makin cepat air yang mengalir makin cepat benda yang dpat terkikis. Pasir halus dapat bergerak dengan kecepatan 13,5 km perjam yang merupakan kecepatan erosi yang terkikis. Air sungai dapat mengkikis tepi sungai dengan 3 cara yaitu yang pertama gaya hidrolik yang dapat memindahkan lapisan sendime, kedua air dapat mengkikis sendimen dengan menghilangkan dan melarutkan ion dan yang ketiga partikel dalam air membentur batuan dasar dan mengikisnya. Air dapat mengkikis pada tiga tempat yaitu sisi sungai, dasar sungai dan lereng atas sungai.
Erosi juga dapat terjadi akibat air laut. Arus dan gelombang laut termaksud pasang surut laut merupakan factor terjadinya erosi dipinggiran laut atau pantai. Karena tenaga arus dan gelombang merupakan kekuatan yang dapat memindahkan batuan atau sedimen pantai.
4. Erosi oleh es
Erosi ini terjadi karena perpindahan-perpindahan partikel-partikel batuan karena aliran es yang terjadi di pinggiran sungai. Sebenarnya es yang bergerak lebih besar tenaganya dari air. Misalnya glacier yang terjadi di daerah dingin dimana air masuk pori-pori batuan dan kemudian air membeku menjadi es pada malam hari sehingga batuan menjadi retak dan pecah, karena sifat es yang mengembang dalam pori-pori.
2.5 Dampak erosi
Erosi mempunyai dampak yang kebanyakan merugikan karena terjadi kerusakan lingkungan hidup. Menurut penelitian bahwa 15% permukaan bumi mengalami erosi. Kebanyakan disebabkan oleh erosi air dan angin. Jika erosi terjadi di tanah pertanian maka tanah tersebut berangsur-angsur akan menjadi tidak subur karena lapisan tanah yang subur semakin menipis dan jika terjadi di pantai maka bentuk garis pantai akan berubah. Mpak dari erosi alah
Dampak dari erosi adalah menipisnya llapisan permukaan tanah bagian atas, yang akan menyebabkan menurunnya kemampuan lahan( degradasi lahan). Akibat lain dari erosi adlah menurunnya kemampuan tanah untuk menyerap air( infiltrasi). Penurunan kemampuan lahan meresap air ke dalam lapisan tanah akan meningkatkan limpasan air permukaan yang akan mengakibatkan banjir disungai. Selain itu butiran tanah yang terangkut oleh aliran permukaan pada akhirnya akan mengendap disungai (sedimentasi) yang selanjutnya akiba tingginya sendimentasi akan mengakibatkan pendangkalan sungai sehingga akan mempengaruhi kelancaran jalur pelayaran.
Dampak lain dari erosi adalah sedimen dan polutan tanah pertanian yang terbawa air akan menumpuk disuatu tempat. Hal ini bisa menyebabkan pendangkalan air waduk, kerusakan ekosistem di danau, pencemaran air minum.
2.6 Pencegahan erosi
Pencegahan erosi tanah dapat dilakukan dengan metode pengawetaan tanah dan air yang pada umumnya dilakukan dengan maksud:
1. Melindungi tanah dari curahan langsung air hujan
2. meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah
3. Meningklatkan stabilitas agregat tanah
Usaha pengawetan tanah yang pertama-tama perlu dilakukan adalah penggunaan tanah sesuai dengan kemampuannya. Beberapa metotode pengawetan tanah antara lain:
1. metode vegatatif
Metode vegatatif dapat dilakukan dengan cara penghijauan kembali dan menanam tanaman penutup tanah
2. cara mekanik
Dapat dilakukan dengan cara pengolahan tanah menurut kontur, galengan dan saluran dan perbaikan drainase dan perbaikan irigasi
3. metode kimia
Metode ini dilakukan dengan menggunakan bahan kimia untuk memperbaiki struktur tanah, yaitu meningkatkan kemntapan agregat. Tanag=h dengan struktur tanah yang mantap tidak mudah hancur oleh air hujan. Penggunaan bahan kimia untuk pengawetan tanah belum banyak dilakukan. Walaupun cukup efektif tetapi biasanya mahal. Pada waktu sekarang ini umumnya masih dalam tingkat percobaan.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Erosi merupakan peristiwa alam yang terjadi di permukaan bumi. Penyebab terjadinya erosi ada beberapa hal antara lain karena gerakan angin, dan gerakan air. Jika tidak dicegah; erosi dapat menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan. Ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya erosi. Tindakan-tindakan tersebut antara lain :
1. Menanami dengan tanaman penutup pada bukit-bukit yang gundul.
2. Pada tebing-lebing yang miring atau curam ditanami dengan tanam-tanaman keras.
3. Menghutankan sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan tanam-tanaman keras.
4. Pengolahan lahan pertanian di lereng-lereng gunung dan daerah-daerah miring dilakukan sccaia sengkedan
5. Menghutankan daerah pantai dengan tanaman bakau atau api-api.
6. Membangun bangunan-bangunan pemecah ombak pada pantai-pantai yang bertebing curam.
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Bentuk muka bumi selalu mengalami perubahan. Perubahan bentuk muka bumi disebabkan oleh tenaga endogen dan tenaga eksogen. Tenaga endogen adalah tenaga yang berasal dari perut bumi seperti letusan gunung, gempa bumi dan lain-lain. Sedangkan tenaga eksogen adalah tenaga yang berasal dari luar permukaan bumi, seperti gerakan angin, gerakan air dan lain-lain. Perubahan bentuk permukaan bumi sebenarnya merupakan hal yang bersifat alami. Tenaga eksogen yang dapat mempengaruhi perubahan bentuk permukaan bumi antara lain Pelapukan, Sedimentasi dan Erosi.
Tingkat erosi meningkat karena semakin meningkatnya kegiatan penduduk dengan membuka tanah-tanah pertanian tanpa pengolahan yang benar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Erosi
Menurut istilah ilmu geologi erosi adalah suatu perubahan bentuk batuan, tanah atau lumpur yang disebabkan oleh kekuatan air, angin, es, pengaruh gaya berat dan organisme hidup. Angin yang berhembus kencang terus-menerus dapat mengikis batuan di dinding lembah. Air yang mengalir terus menerus dapat mengerus batuan disekitar seperti yang terjadi pada GRAND CANYON di Amerika. Demikian pula erosi akibat es yang disebut dengan glacier yang dapat meretakkan batuan jika celah-celah batuan yang terisi dengan air yang membeku.
Erosi adalah peristiwa pengkikisan tanah oleh angin, air dan es. Erosi dapat terjadi secara alami dan disebabkan oleh aktivitas manusia. Penyebab alami erosi antara lain adalah hujan, kemiringan lereng, tanaman penutup, dan kemampuan tanah untuk menyerap dan melepas air kedalam lapisan tanah. Erosi yang disebabkan manusia oleh adanya penggundulan hutan, kegiatan pertambangan, perkebunan, dan perladangan.
2.2 Penyebab terjadinyaa erosi
1. Curah Hujan
Sifat-sifat hujan yang perlu diketahui:
a. Intensitas Hujan yaitu banyaknya hujan persatuan waktu. Dinyatakan dalam mm/jam
b. Jumlah hujan yaitu banyaknya air hujan selama terjadinya hujan, selama satu bulan maupun satu tahun
c. Distribusi hujan yaitu penyebaran waktu terjadinya hujan
Dari sifat hujan tersebut yang paling berpengaruh terhadap besarnya erosi adalah intensitas hujan. Jumlah hujan rata-rata tahunan yang tinggi tidak akan menyebabkan erosi yang berat apabila hujan tersebut tidak terjadi merata , sedikit demi sedikit sepanjang tahun. Sebaliknya, curah hujan rata-rata tahunan yang rendah mungkin dapat menyebabkan erosi berat bila hujan tersebut jatuh sangat deras meskipun hanya sekali-kali.
2. Pengaruh lereng
Erosi akan meningkat apabila lereng semakin curam atau semakin panjang. Apabila lereng semakin curam maka kecepatan aliran permukaan meningkat sehingga kekuatan mengangkut menungkat pula. Lereng yang semakin panjang menyebabkan volume air yang mengalir menjadi besar.
Kemiringan dan panjang lereng adalah dua unsure topografi yang paling berpengaruh terhadap aliran permukaan dan erosi. Selain memperbesar jumlah aliran permukaan, makin curamnya lereng juga memperbesar kecepatan aliran permukaan dengan demikian memperbesar energy angkut air. Kemiringan lereng dinyatakan dalam derajad atau persen. Kecuraman lereng 100% sama dengan kecuraman 450.
3. Kerusakan yang disebabkan oleh manusia
Kepekaan tanah terhadap erosi dapat diubah oleh manusia menjadi lebih baik atau lebih buruk. Pembuatan ters-teras tanah yang berleng curam merupakan pengaruh baik bagi manusia karena dapat mengurangi erosi. Sebaliknya, penggundulan hutan di daerah-daerah pengunungan merupakan pengaruh manusia yang buruk karena dapat mempengaruhi banjir.
2.3 Proses terjadinya erosi
Dua sebab utama terjadinya erosi adalah disebabkan secara alamiah dan aktivitas manusia.erosi alamiah dapat terjadi karena adanya pembentukan tanah dan proses yang terjadi untuk mempertahankan keseimbangan tanah secara alami. Sedangkan erosi karena aktivitas manusia disebabkan oleh terkelupanya lapisan tanah bagian atas akibat cara bercocok tanam yang tidak mengindahkan kaidah-kaidah konservasi tanah atau kegiatan pembangunan yang bersifat merusak keadaan fisik tanah (chay asdak, 1995;441).
Erosi merupakan proses alam yang terjadi di banyak lokasi yang biasanya semakin dipengaruhi oleh manusia. Proses alam yang menyebabkan terjadinya erosi adalah karena factor curah hujan, tekstur tanah, tingkat kemiringan tanah. Intensitas curah hujan yang tinggi di suatu lokasi yang tekstur tanahnya alah sendimen, misalnya pasir serta letak tanahnya juga agak curam menimbulkan tingkat erosi yang tinggi. Tanah yang ngundul tanpa tanaman pohon atau rumput akan rawan terhadap erosi.
2.4 Jenis-jenis erosi
Erosi menurut proses terjadinya yaitu:
1. Erosi akibat gaya berat
Batuan atau sedimen yang bergerak terhadap kemiringannya merupakan proses erosi yang disebabkan oleh gaya berat massa. Ketika massa bergerak dari tempat yang tinggi ketempat yang rendah maka terjadilah apa yang disebut dengan pembuangan massa. Dalam proses terjadinya erosi, pembuangan massa memiliki peranan penting karena arus air dapat memindahkan material ketempat-tempat yang jauh lebih rendah. Proses pembuangan massa terjadi terus-menerus baik secara perlahan maupun secara tiba-tiba sehingga dapat menimbulkan bencana longsor. Lereng pengunungan yang terjal dan mengandung tanah liat di sekitar daerah yang sudah retak-retak akan sangat rentan terhadap erosi akibat gaya berat. Erosi ini akan berlangsung sangat cepat sehingga dapat mnimbulkan bencana longsor.
2. Erosi oleh angin
Hembusan angin kencang yan terus-menerus di daerah yang tandus dapat memindahkan pertikel-partikel halus batuan di daerah tersebut sehingga membentuk suatu formasi, misalnya bukit-bukit pasir di gurun atau pantai.
Efek lain angin adalah jika partikel keras yang terbawa dan pertumbuhan dengan berat padat lainnya sehingga menimbulkan erosi yang disebut dengan abrasi. Contoh erosi oleh angin yang menyebabkan terjadinya bukit pasir di Namibia, Afrika,
3. Erosi oleh air
Jika tingkat curah hujan berlebihan sedemikian rupa sehingga tanah tidak dapat menyerap air hujan maka terjadilah genangan air yang mengalir kencang. Aliran ini sering menyebabkan terjadinya erosi yang parah karena dapat mengkikis lapisan permukaan tanah yang dilewatinya, terutama pada tanah yang gundul. Akibat erosi air yang terjadi di El Paso Country, Colorado, Amerika Serikat.
Pada dasarnya air merupakan faktor utama penyebab erosi seperti aliran sungai yang deras. Makin cepat air yang mengalir makin cepat benda yang dpat terkikis. Pasir halus dapat bergerak dengan kecepatan 13,5 km perjam yang merupakan kecepatan erosi yang terkikis. Air sungai dapat mengkikis tepi sungai dengan 3 cara yaitu yang pertama gaya hidrolik yang dapat memindahkan lapisan sendime, kedua air dapat mengkikis sendimen dengan menghilangkan dan melarutkan ion dan yang ketiga partikel dalam air membentur batuan dasar dan mengikisnya. Air dapat mengkikis pada tiga tempat yaitu sisi sungai, dasar sungai dan lereng atas sungai.
Erosi juga dapat terjadi akibat air laut. Arus dan gelombang laut termaksud pasang surut laut merupakan factor terjadinya erosi dipinggiran laut atau pantai. Karena tenaga arus dan gelombang merupakan kekuatan yang dapat memindahkan batuan atau sedimen pantai.
4. Erosi oleh es
Erosi ini terjadi karena perpindahan-perpindahan partikel-partikel batuan karena aliran es yang terjadi di pinggiran sungai. Sebenarnya es yang bergerak lebih besar tenaganya dari air. Misalnya glacier yang terjadi di daerah dingin dimana air masuk pori-pori batuan dan kemudian air membeku menjadi es pada malam hari sehingga batuan menjadi retak dan pecah, karena sifat es yang mengembang dalam pori-pori.
2.5 Dampak erosi
Erosi mempunyai dampak yang kebanyakan merugikan karena terjadi kerusakan lingkungan hidup. Menurut penelitian bahwa 15% permukaan bumi mengalami erosi. Kebanyakan disebabkan oleh erosi air dan angin. Jika erosi terjadi di tanah pertanian maka tanah tersebut berangsur-angsur akan menjadi tidak subur karena lapisan tanah yang subur semakin menipis dan jika terjadi di pantai maka bentuk garis pantai akan berubah. Mpak dari erosi alah
Dampak dari erosi adalah menipisnya llapisan permukaan tanah bagian atas, yang akan menyebabkan menurunnya kemampuan lahan( degradasi lahan). Akibat lain dari erosi adlah menurunnya kemampuan tanah untuk menyerap air( infiltrasi). Penurunan kemampuan lahan meresap air ke dalam lapisan tanah akan meningkatkan limpasan air permukaan yang akan mengakibatkan banjir disungai. Selain itu butiran tanah yang terangkut oleh aliran permukaan pada akhirnya akan mengendap disungai (sedimentasi) yang selanjutnya akiba tingginya sendimentasi akan mengakibatkan pendangkalan sungai sehingga akan mempengaruhi kelancaran jalur pelayaran.
Dampak lain dari erosi adalah sedimen dan polutan tanah pertanian yang terbawa air akan menumpuk disuatu tempat. Hal ini bisa menyebabkan pendangkalan air waduk, kerusakan ekosistem di danau, pencemaran air minum.
2.6 Pencegahan erosi
Pencegahan erosi tanah dapat dilakukan dengan metode pengawetaan tanah dan air yang pada umumnya dilakukan dengan maksud:
1. Melindungi tanah dari curahan langsung air hujan
2. meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah
3. Meningklatkan stabilitas agregat tanah
Usaha pengawetan tanah yang pertama-tama perlu dilakukan adalah penggunaan tanah sesuai dengan kemampuannya. Beberapa metotode pengawetan tanah antara lain:
1. metode vegatatif
Metode vegatatif dapat dilakukan dengan cara penghijauan kembali dan menanam tanaman penutup tanah
2. cara mekanik
Dapat dilakukan dengan cara pengolahan tanah menurut kontur, galengan dan saluran dan perbaikan drainase dan perbaikan irigasi
3. metode kimia
Metode ini dilakukan dengan menggunakan bahan kimia untuk memperbaiki struktur tanah, yaitu meningkatkan kemntapan agregat. Tanag=h dengan struktur tanah yang mantap tidak mudah hancur oleh air hujan. Penggunaan bahan kimia untuk pengawetan tanah belum banyak dilakukan. Walaupun cukup efektif tetapi biasanya mahal. Pada waktu sekarang ini umumnya masih dalam tingkat percobaan.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Erosi merupakan peristiwa alam yang terjadi di permukaan bumi. Penyebab terjadinya erosi ada beberapa hal antara lain karena gerakan angin, dan gerakan air. Jika tidak dicegah; erosi dapat menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan. Ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya erosi. Tindakan-tindakan tersebut antara lain :
1. Menanami dengan tanaman penutup pada bukit-bukit yang gundul.
2. Pada tebing-lebing yang miring atau curam ditanami dengan tanam-tanaman keras.
3. Menghutankan sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan tanam-tanaman keras.
4. Pengolahan lahan pertanian di lereng-lereng gunung dan daerah-daerah miring dilakukan sccaia sengkedan
5. Menghutankan daerah pantai dengan tanaman bakau atau api-api.
6. Membangun bangunan-bangunan pemecah ombak pada pantai-pantai yang bertebing curam.
FERMENTASI
Chintani
FERMENTASI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Umbi-umbian merupakan komuditas pertanian yang tersebar luas di Indonesia. Umbi-umbian merupakan salah satu sumber utama karbohidrat. Singkong merupakan komoditas hasil pertanian yang banyak ditanam di Indonesia dan merupakan sumber karbohidrat yang penting setelah beras dengan kandungan karbohidrat 34,7 %.
Singkong dapat disajikan dalam bentuk tape melalui proses fermentasi yaitu terjadinya perubahan-perubahan bahan-bahan organik dari senyawa-senyawa komplek menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan kerja enzim. Tape yang baik dan bermutu apabila harum, enak, legit, dan tidak menyengat karena terlalu tinggi kadar alkoholnya.Tape singkong memiliki kandungan protein 0,5 gram/100 gram bahan. Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh, perbaikan, dan pergantian sel-sel jaringan yang rusak, produksi enzim pencernaan serta enzim metabolisme. Kadar protein pada tape singkong dapat ditingkatkan, diantaranya dengan menambahkan sari buah nanas pada pembuatan tape.
Nanas merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat pada hampir semua bagian untuk pangan.Buah nanas dapat dikomsumsi dalam keadaan segar atau disajikan dalam produk olahan. Buah nanas mengandung enzim protease yang disebut bromelin, yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan di dalam industri pangan.
Penambahan sari buah nanas dapat meningkatkan kadar protein pada tape singkong . Hal ini yang melatar belakangin penulis untuk melakukan perbandingan dengan tape ketan tanpa tambahan sari buah nanas.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tape
Aneka bahan pangan yang mengandung karbohidrat dapat diolahmenjadi makanan khas yang disebut tape. Bahan pangan yang umumnya dibuat tape adalah ubi kayu (singkong), beras ketan putih maupun beras ketan hitam serta sorgum (Rukmana dan Yuniarsih, 2001).
Tape mempunyai tekstur yang lunak, rasa yang asam manis dan sedikit mengandung alkohol. Selama fermentasi, tape mengalami perubahan- perubahan biokimia akibat aktivitas mikroorganisme (Astawan, 2004).
Tabel 2.1. Komposisi gizi tape singkong, tape ketan putih dan tape ketan hitam(dalam 100 gram bahan).Sumber : Direktorat Gizi, Depkes RI (1992).
Zat gizi Tape singkong Tape ketan putih Tape ketan hitam
Energi (k kal)
Protein (g)
Lemak (g)
Karbohidrat (g)
Kalsium (mg)
Fosfor (mg)
Besi (mg)
VitaminB1 (mg)
Air (g) 173
0.5
0.1
42.5
30
30
0
0.07
56.1 172
3.0
0.5
37.5
6
35
0.5
0.04
58.9 166
3.8
1.0
34.4
8.0
106.0
1.6
0.02
50.2
Menurut Tarigan (1998), tape merupakan salah satu jenis makanan dari hasil fermentasi bahan baku yang diberi ragi sebagai sumber mikrobanya. Tape sebagai hasil fermentasi menghasilkan alkohol dan gula.
2.2 Fermentasi
Menurut Tarigan (1988) fermentasi dapat didefinisikan sebagai proses metabolisme dimana akan terjadi perubahan-perubahan kimia dalam suubstrat organik, kegiatan atau aktivitas mikroba yang membusukkan bahan-bahan yang difermentasi.
Menurut Dwijoseputro (1990), perkataan fermentasi sering disalin dengan perkataan peragian. Hal ini sebenarnya tidak tepat. Kata-kata ragi untuk tempe, ragi untuk tape, ragi untuk roti, ragi untuk oncom, ragi untuk membuat minuman keras itu menurut sistematika di dalam dunia tumbuh-tumbuhan banyaklah yang berbeda. Secara fisiologi, ragi-ragi tersebut mempunyai persamaan yaitu menghasilkan fermen atau enzim yang dapat mengubah substrat menjadi bahan lain dengan mendapatkan keuntungan berupa energi.
Menurut Desrosier (1988), fermentasi adalah suatu oksidasi karbohidrat anaerob dan aerob sebagian dan merupakan suatu kegiatan penguraian bahan-bahan karbohidrat. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses fermentasi, antara lain adalah sebagai berikut :
a. pH
Mikroba tertentu dapat tumbuh pada kisaran pH yang sesuai untuk pertumbuhannya. Khamir dapat hidup pada pH rendah yaitu antara 1-2.
b. Suhu
Suhu yang digunakan dalam fermentasi akan mempengaruhi mikroba yang berperan dalam proses fermentasi. Suhu optimal pada proses fermentasi yaitu 35° C dan 40° C.
c. Oksigen
Bila produksi alkohol yang dikehendaki, maka diperlukan suatu penyediaan O2 yang sangat terbatas. Produk akhir dari suatu fermentasi sebagian dapat dikendalikan dengan tegangan O2 substrat apabila faktor-faktor lainnya optimum.
d. Substrat
Mikroba memerlukan substrat yang mengandung nutrisi sesuai dengankebutuhan untuk pertumbuhannya.
Menurut Buckle (1988), fermentasi adalah perubahan kimia dalam bahan pangan yang disebabkan oleh enzim-enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau telah ada dalam bahan pangan itu sendiri. Perubahan yang terjadi sebagai hasil fermentasi mikroorganisme dan interaksi yang terjadi diantara produk dari kegiatan-kegiatan tersebut dan zat-zat yang merupakan pembentuk bahan pangan tersebut.
Proses fermentasi tidak hanya menimbulkan efek pengawetan tetapi juga menyebabkan perubahan tekstur, cita rasa dan aroma bahan pangan yang membuat produk fermentasi lebih menarik, mudah dicerna dan bergizi (Robert dan Endel, 1989).
Menurut Anshori (1989), proses fermentasi alkohol hanya dapat terjadi apabila terdapat sel-sel khamir. Fermentasi adalah aktivitas metabolisme mikroorganisme aerobik dan substrat organik yang cukup tinggi. Fermentasi gula oleh ragi misalnya Saccharomyces cerevisiae dapat menghasilkan alkohol dan karbondioksida.
Menurut Winarno (1989), proses fermentasi gula oleh ragi misalnya Saccharomyces cerevisiae dapat menghasilkan etanol (etil alkohol) dan karbondioksida melalui reaksi sebagai berikut:
C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2
Fermentasi adalah proses metabolisme atau katabolisme atau bioenergi yang menggunakan senyawa organik sebagai aseptor elektron akhir.(Timotius, 1982). Said,1987, menyatakan bahwa fermentasi adalah disimilasi anaerobik senyawa-senyawa organik yang disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme. Menurut Astawan,2004, proses fermentasi yang terjadi selama pembuatan tape pada dasarnya meliputi empat tahap penguraian, antara lain sebagai berikut :
a. Molekul-molekul pati terpecah menjadi dekstrin dan gula-gula sederhana,
proses ini disebut hidrolisis enzimatis.
b. Gula yang terbentuk akan diubah menjadi alkohol.
c. Alkohol akan diubah menjadi asam-asam organik oleh bakteri
Pediococcus dan Acetobacter melalui proses oksidasi alkohol.
2.3 Ragi
Kata ”ragi” dipakai untuk menyebut adonan atau ramuan yang digunakan dalam pembuatan berbagai makanan dan minuman seperti tempe, tape, roti, anggur, brem dan lain-lain. Ragi untuk tape merupakan populasi campuran genus dimana terdapat spesies-spesies genus Aspergillus (Dwijoseputro, 1990).
2.4 Protein
Protein terdapat di semua jaringan sel hidup, baik pada tanaman maupun hewan. Setelah air, protein merupakan komponen yang terbesar dari tubuh manusi. Pada umumnya, protein diperlukan tubuh untuk:
a. Pertumbuhan dan pengembangan tubuh.
b. Perbaikan dan pergantian sel-sel jaringan tubuh yang rusak.
c. Produksi enzim pencernaan dan enzim metabolisme.
d. Bagian terpenting dari hormon-hormon tertentu seperti tiroksin dan insulin (Winarno, 1993).
Menurut Tranggono (1989), klasifikasi protein adalah sebagai berikut :
a. Berdasarkan bentuk molekulnya
1). Protein serabut
Protein ini berbentuk serabut, tidak larut dalam pelarut encer. Molekulnya terdiri atas rantai molekul yang panjang, sejajar dengan rantai utama. Fungsi dari protein ini adalah membentuk struktur bahan dan jaringan.
2). Protein globulin
Protein ini berbentuk seperti bola, banyak terdapat pada bahan hewani (susu, daging, telur). Protein ini mudah larut dalam garam dan asam encer dan mudah berubah karena pengaruh susu, konsentrasi garam, asam, basa serta mudah mengalami denaturasi.
b. Berdasarkan komposisi zat penyusunnya.
1). Protein sederhana
a). Protamin
Protamin ini bersifat alkalis dan tidak mengalami koagulasi pada pemanasan. Apabila ditambah asam mineral kuat akan menghasilkan garam yang stabil yang bersifat larut dalam air.
b). Albumin
Protein ini larut dalam air dan garam encer, terdapat dalam putih telur, susu, darah dan sayur-sayuran.
c). Globulin
Larut dalam larutan garam mineral, tetapi tidak larut dalam air. Pada susu terdapat dalam bentuk laktoglobulin, dalam telur ovoglobulin, dalam daging myosin dan actin, dalam kedelai disebut glisin.
d). Gutelin
Larut dalam asam dan basa encer, tetapi tidak larut dalam pelarut netral.
e). Prolanin
Larut dalam etanol 50-90% dan tidak larut dalam air. Protein ini banyak mengandung prolin dan asam glutamat serta banyak terdapat di dalam serealia.
f). Skleroprotein
Tidak larut dalam air dan solvent netral dan tahap terhadap hidrolisis enzimatis, berfungsi sebagai struktur kerangka pelindung pada manusia dan hewan.
g). Histon
Merupakan protein basa, karena banyak mengandung lisin dan organin. Bersifat larut dalam air dan tergumpal oleh amonia.
h). Globulin
Kaya akan argini, triptophan, histidin dan terdapat dalam darah(hemoglobin).
2). Protein majemuk
a). Posteprotein
Mengandung gugus fosfat yang terikat pada gugus hidroksil dari serin dan threonin, banyak terdapat pada susu dan kuning telur.
b). Lipoprotein
Mengandung lipid asam lemak sehingga mempunyai kapasitas sebagai zat pengemulsi yang baik, terdapat pada telur, susu dan darah.
c). Nukleoprotein
Kombinasi antara sesama nukleur dan protein, banyak terdapat dalam intisel.
d). Glikoprotein
Merupakan kombinasi antara karbohidrat dan protein.
e). Kromoprotein
Kombinasi antara protein dengan gugus berpigmen yang biasanya mengandung unsur logam.
f). Metaloprotein
Merupakan komplek antara protein dan logam seperti kromoprotein.
2.5 Singkong (Ubi kayu)
Tanaman ubi kayu menurut Steenis (1998) merupakan tanaman yang memiliki klasifikasi sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Euphorbiales
Familia : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Species : Manihot utilissima
a. Manfaat singkong
Singkong merupakan komoditas hasil pertanian, sumber karbohidrat yang penting setelah beras. Namun sesuai dengan perkembangan teknologi, singkong tidak hanya dimanfaatkan sebagai makanan saja tetapi juga dimanfaatkan sebagai bahan baku industri, terutama industri pellet atau makanan ternak dan industri pengolahan tepung. Industri pengolahan tepung akan menghasilkan antara lain : tepung tapioka yang merupakan bahan baku pembuatan krupuk, gula cair, industri tekstil dan sebagainya. Di samping itu di beberapa daerah, singkong dijadikan sebagai bahan makanan pokok pengganti nasi (jawa : tiwul), gatot, roti, biskuit, tape, patila dan berbagai macam makanan lainnya ( Soetanto, 2001).
2.6 Nanas
Menurut Steenis (1998), klasifikasi nanas adalah sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Classis : Monocotyledoneae
Ordo : Bromeliales
Familia : Bromeliaceae
Genus : Ananas
Spesies : Ananas comosus
Menurut Lisdiana dan Soemadi (1997), nanas merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat pada hampir semua bagian untuk pangan, pakan maupun bahan baku industri. Buah nanas dapat dikonsumsi dalam keadaan segar atau dijadikan produk olahan. Buah nanas dapat diolah menjadi berbagai makanan yang lezat seperti buah kalengan, manisan, jelly, sari buah dan beberapa produk lain. Buah nanas mengandung enzim protase yang disebut bromelin, yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan didalam industri pangan. Enzim ini dapat pula dimanfaatkan sebagai masker untuk merawat kecantikan dengan mencampurkan sari nanas, air dan madu. Selain itu bromelin bermanfaat juga untuk memperbaiki produk daging kornet,mengurangi waktu dan memperbaiki pemanggangan roti, pembungkus sosis dan lain-lain. Bagian buah yang lain seperti hati, kulit dan tangkainya juga mengandung bromelin. Kandungan enzim bromelin pada bagian-bagian buah nanas bervariasi.
Menurut Wirakusumah (1995), nanas matang mempunyai aroma yang harum, berwarna kuning kehijauan dan keras. Nanas dapat dikonsumsi sebagai salad maupun juice. Buah nanas mengandung zat desktrosa, laevulosa, manit, sakharosa, asam organik, protein dan bromelin. Kandungan bromelin yang terdapat pada nanas merupakan enzim kompleks pemecah protein. Oleh karena itu, nanas dapat digunakan untuk memperlancar pencernaan protein. Menurut Page (1993), enzim Bromelin pada nanas sama halnya dengan enzim papain pada pepaya yaitu dapat digunakan untuk melunakkan daging dan dapat untuk meningkatkan kadar protein. Proses yang terjadi yaitu hidrolisa protein.
Dalam buah nanas terkandung enzim-enzim, salah satu enzim yang penting adalah enzim bromelin yang merupakan suatu enzim protease yang mampu memecah protein(Muljohardjo,1984).Sedangkan menurut Wirakusumah (1995), kandungan bromelin yang terdapat pada nanas merupakan enzim kompleks pemecah protein, oleh karena itu dapat meningkatkan kadar protein.
2.7 Enzim
Menurut Indrawati (1992), enzim proteolitik dapat memecah molekul- molekul protein menjadi bentuk asam amino. Sedangkan menurut Poedjiadi (1994), penguraian suatu senyawa atau substrat atau suatu enzim secara sederhana dapat dilukiskan sebagai berikut:
Menurut Indrawati (1992), Enzim bromelin dapat diekstraksi dari batang nanas yan disebut stem bromelin.
2.8 Kadar Protein Tape
Dari beberapa penelitian tape yang tidak ditambahkan sari buah nanas tidak memiliki kadar bromelin maka kandungan proteinnya pun lebih rendah diantara tape yang ditambahkan sari buah nanas. Dalam singkong 0,5 kg mengandung kadar protein 0,21%. Dalam 100 gram singkong terdapat kadar protein 0,3%.
Semakin tinggi volume sari buah nanas yang ditambahkan maka semakin tinggi pula konsentrasi enzim bromelin. Hal ini menyebabkan kadar protein tape singkong dengan penambahan sari buah nanas lebih tinggi daripada kadar protein pada tape singkong tanpa penambahan sari buah nanas, karena bromelin berfungsi untuk mengkatalis protein dalam tape singkong.
Peningkatan kadar protein pada tape singkong yang ditambahkan sari buah nanas disebabkan oleh kandungan bromelin pada nanas. Enzim bromelin merupakan suatu enzim protease yang mampu memecah protein. Enzim ini mempunyai arti penting seperti halnya papain yang dihasilkan dari tanaman pepaya. Proses kerja enzim bromelin adalah memecah protein menjadi asam amino. Menurut Hadiwiyoto (1993) kandungan enzim bromelin pada nanas dapat mengkatalis protein. Sesuai dengan pendapat Chairunisa (1985) bahwa enzim protein merupakan enzim proteolitik yang dapat mengkatalis ikatan peptida dari suatu rantai polipeptida. Enzim bromelin dapat ditemukan pada jaringan tanaman familia Bromeliaceae, misalnya pada nanas. Reaksi enzim sebagai Katalisator diperkuat oleh Winarno (1985) bahwa enzim adalah suatu biokatalisator yang dihasilkan oleh jaringan dan bekerja mempercepat reaksi-reaksi yang berlangsung. Enzim merupakan senyawa protein yang disekresikan oleh semua sel hidup dan berfungsi sebagai senyawa biokatalisator. Menurut Hawab (2004), bahwa reaksi pemecahan protein menjadi asam amino dengan katalisator enzim protease adalah sebagai berikut :
Enzim Protease
Protein Asam Amino
Bromelin (Bebas)
Dengan meningkatnya kadar protein pada tape maka akan meningkatkan pula nilai gizi pada tape, karena protein berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tubuh, perbaikan dan pergantian sel-sel jaringan tubuh yang rusak, produk enzim pencernaan dan enzim metabolisme, dan protein merupakan bagian yang terpenting pada hormon-hormon tertentu seperti tiroksin dan insulin (Winarno, 1993).
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Singkong dapat disajikan dalam bentuk tape melalui proses fermentasi yaitu terjadinya perubahan-perubahan bahan-bahan organik dari senyawa-senyawa komplek menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan kerja enzim. Fermentasi adalah perubahan kimia dalam bahan pangan yang disebabkan oleh enzim-enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau telah ada dalam bahan pangan itu sendiri. Tape mempunyai tekstur yang lunak, rasa yang asam manis dan sedikit mengandung alkohol. Selama fermentasi, tape mengalami perubahan- perubahan biokimia akibat aktivitas mikroorganisme (Astawan, 2004).
Buah nanas mengandung enzim protase yang disebut bromelin, yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan didalam industri pangan. Enzim bromelin merupakan suatu enzim protease yang mampu memecah protein. Enzim ini mempunyai arti penting seperti halnya papain yang dihasilkan dari tanaman pepaya. Proses kerja enzim bromelin adalah memecah protein menjadi asam amino. Menurut Hadiwiyoto (1993) kandungan enzim bromelin pada nanas dapat mengkatalis protein. Sesuai dengan pendapat Chairunisa (1985) bahwa enzim protein merupakan enzim proteolitik yang dapat mengkatalis ikatan peptida dari suatu rantai polipeptida
3.2 SARAN
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik dari semua pihak sangat kami harapkan untuk kami jadikan sebagai bahan perbaikannantinya.
DAFTAR PUSTAKA
Buckle, Edward, dan Fleed, Watton. 1988. Ilmu Pangan. Jakarta : UI Press.
Desrosier, N.W. 1987. Teknologi Pengawetan Pangan. Jakarta : UI Press.
Dwijoseputro. 1990. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang : Djambatan.
Indrawati, Tanti, dkk. 1992. Pembuatan Kecap Keong Sawah dengan Menggunakan
Enzim Bromelin. Semarang : Balai Pustaka dan Media Wiyata.
Made, Astawan. 2004. Tetap Sehat Dengan Produk Makanan Olahan. Surakarta :
Tiga Serangkai.
Muljohardjo, Muchji. 1984. Nanas dan Teknologi Pengolahannya. Yogyakarta :
Liberty.
Rukmana dan Yuniarsih. 2001. Aneka Olahan Ubi Kayu. Yogyakarta : Kanisius.
Timotius. 1982. Mikrobiologi Dasar. Salatiga : Universitas Kristen Satya Wacana.
Winarno, F.G. 1993. Pangan: Gizi, Teknologi dan Konsumen. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
FERMENTASI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Umbi-umbian merupakan komuditas pertanian yang tersebar luas di Indonesia. Umbi-umbian merupakan salah satu sumber utama karbohidrat. Singkong merupakan komoditas hasil pertanian yang banyak ditanam di Indonesia dan merupakan sumber karbohidrat yang penting setelah beras dengan kandungan karbohidrat 34,7 %.
Singkong dapat disajikan dalam bentuk tape melalui proses fermentasi yaitu terjadinya perubahan-perubahan bahan-bahan organik dari senyawa-senyawa komplek menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan kerja enzim. Tape yang baik dan bermutu apabila harum, enak, legit, dan tidak menyengat karena terlalu tinggi kadar alkoholnya.Tape singkong memiliki kandungan protein 0,5 gram/100 gram bahan. Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh, perbaikan, dan pergantian sel-sel jaringan yang rusak, produksi enzim pencernaan serta enzim metabolisme. Kadar protein pada tape singkong dapat ditingkatkan, diantaranya dengan menambahkan sari buah nanas pada pembuatan tape.
Nanas merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat pada hampir semua bagian untuk pangan.Buah nanas dapat dikomsumsi dalam keadaan segar atau disajikan dalam produk olahan. Buah nanas mengandung enzim protease yang disebut bromelin, yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan di dalam industri pangan.
Penambahan sari buah nanas dapat meningkatkan kadar protein pada tape singkong . Hal ini yang melatar belakangin penulis untuk melakukan perbandingan dengan tape ketan tanpa tambahan sari buah nanas.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tape
Aneka bahan pangan yang mengandung karbohidrat dapat diolahmenjadi makanan khas yang disebut tape. Bahan pangan yang umumnya dibuat tape adalah ubi kayu (singkong), beras ketan putih maupun beras ketan hitam serta sorgum (Rukmana dan Yuniarsih, 2001).
Tape mempunyai tekstur yang lunak, rasa yang asam manis dan sedikit mengandung alkohol. Selama fermentasi, tape mengalami perubahan- perubahan biokimia akibat aktivitas mikroorganisme (Astawan, 2004).
Tabel 2.1. Komposisi gizi tape singkong, tape ketan putih dan tape ketan hitam(dalam 100 gram bahan).Sumber : Direktorat Gizi, Depkes RI (1992).
Zat gizi Tape singkong Tape ketan putih Tape ketan hitam
Energi (k kal)
Protein (g)
Lemak (g)
Karbohidrat (g)
Kalsium (mg)
Fosfor (mg)
Besi (mg)
VitaminB1 (mg)
Air (g) 173
0.5
0.1
42.5
30
30
0
0.07
56.1 172
3.0
0.5
37.5
6
35
0.5
0.04
58.9 166
3.8
1.0
34.4
8.0
106.0
1.6
0.02
50.2
Menurut Tarigan (1998), tape merupakan salah satu jenis makanan dari hasil fermentasi bahan baku yang diberi ragi sebagai sumber mikrobanya. Tape sebagai hasil fermentasi menghasilkan alkohol dan gula.
2.2 Fermentasi
Menurut Tarigan (1988) fermentasi dapat didefinisikan sebagai proses metabolisme dimana akan terjadi perubahan-perubahan kimia dalam suubstrat organik, kegiatan atau aktivitas mikroba yang membusukkan bahan-bahan yang difermentasi.
Menurut Dwijoseputro (1990), perkataan fermentasi sering disalin dengan perkataan peragian. Hal ini sebenarnya tidak tepat. Kata-kata ragi untuk tempe, ragi untuk tape, ragi untuk roti, ragi untuk oncom, ragi untuk membuat minuman keras itu menurut sistematika di dalam dunia tumbuh-tumbuhan banyaklah yang berbeda. Secara fisiologi, ragi-ragi tersebut mempunyai persamaan yaitu menghasilkan fermen atau enzim yang dapat mengubah substrat menjadi bahan lain dengan mendapatkan keuntungan berupa energi.
Menurut Desrosier (1988), fermentasi adalah suatu oksidasi karbohidrat anaerob dan aerob sebagian dan merupakan suatu kegiatan penguraian bahan-bahan karbohidrat. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses fermentasi, antara lain adalah sebagai berikut :
a. pH
Mikroba tertentu dapat tumbuh pada kisaran pH yang sesuai untuk pertumbuhannya. Khamir dapat hidup pada pH rendah yaitu antara 1-2.
b. Suhu
Suhu yang digunakan dalam fermentasi akan mempengaruhi mikroba yang berperan dalam proses fermentasi. Suhu optimal pada proses fermentasi yaitu 35° C dan 40° C.
c. Oksigen
Bila produksi alkohol yang dikehendaki, maka diperlukan suatu penyediaan O2 yang sangat terbatas. Produk akhir dari suatu fermentasi sebagian dapat dikendalikan dengan tegangan O2 substrat apabila faktor-faktor lainnya optimum.
d. Substrat
Mikroba memerlukan substrat yang mengandung nutrisi sesuai dengankebutuhan untuk pertumbuhannya.
Menurut Buckle (1988), fermentasi adalah perubahan kimia dalam bahan pangan yang disebabkan oleh enzim-enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau telah ada dalam bahan pangan itu sendiri. Perubahan yang terjadi sebagai hasil fermentasi mikroorganisme dan interaksi yang terjadi diantara produk dari kegiatan-kegiatan tersebut dan zat-zat yang merupakan pembentuk bahan pangan tersebut.
Proses fermentasi tidak hanya menimbulkan efek pengawetan tetapi juga menyebabkan perubahan tekstur, cita rasa dan aroma bahan pangan yang membuat produk fermentasi lebih menarik, mudah dicerna dan bergizi (Robert dan Endel, 1989).
Menurut Anshori (1989), proses fermentasi alkohol hanya dapat terjadi apabila terdapat sel-sel khamir. Fermentasi adalah aktivitas metabolisme mikroorganisme aerobik dan substrat organik yang cukup tinggi. Fermentasi gula oleh ragi misalnya Saccharomyces cerevisiae dapat menghasilkan alkohol dan karbondioksida.
Menurut Winarno (1989), proses fermentasi gula oleh ragi misalnya Saccharomyces cerevisiae dapat menghasilkan etanol (etil alkohol) dan karbondioksida melalui reaksi sebagai berikut:
C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2
Fermentasi adalah proses metabolisme atau katabolisme atau bioenergi yang menggunakan senyawa organik sebagai aseptor elektron akhir.(Timotius, 1982). Said,1987, menyatakan bahwa fermentasi adalah disimilasi anaerobik senyawa-senyawa organik yang disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme. Menurut Astawan,2004, proses fermentasi yang terjadi selama pembuatan tape pada dasarnya meliputi empat tahap penguraian, antara lain sebagai berikut :
a. Molekul-molekul pati terpecah menjadi dekstrin dan gula-gula sederhana,
proses ini disebut hidrolisis enzimatis.
b. Gula yang terbentuk akan diubah menjadi alkohol.
c. Alkohol akan diubah menjadi asam-asam organik oleh bakteri
Pediococcus dan Acetobacter melalui proses oksidasi alkohol.
2.3 Ragi
Kata ”ragi” dipakai untuk menyebut adonan atau ramuan yang digunakan dalam pembuatan berbagai makanan dan minuman seperti tempe, tape, roti, anggur, brem dan lain-lain. Ragi untuk tape merupakan populasi campuran genus dimana terdapat spesies-spesies genus Aspergillus (Dwijoseputro, 1990).
2.4 Protein
Protein terdapat di semua jaringan sel hidup, baik pada tanaman maupun hewan. Setelah air, protein merupakan komponen yang terbesar dari tubuh manusi. Pada umumnya, protein diperlukan tubuh untuk:
a. Pertumbuhan dan pengembangan tubuh.
b. Perbaikan dan pergantian sel-sel jaringan tubuh yang rusak.
c. Produksi enzim pencernaan dan enzim metabolisme.
d. Bagian terpenting dari hormon-hormon tertentu seperti tiroksin dan insulin (Winarno, 1993).
Menurut Tranggono (1989), klasifikasi protein adalah sebagai berikut :
a. Berdasarkan bentuk molekulnya
1). Protein serabut
Protein ini berbentuk serabut, tidak larut dalam pelarut encer. Molekulnya terdiri atas rantai molekul yang panjang, sejajar dengan rantai utama. Fungsi dari protein ini adalah membentuk struktur bahan dan jaringan.
2). Protein globulin
Protein ini berbentuk seperti bola, banyak terdapat pada bahan hewani (susu, daging, telur). Protein ini mudah larut dalam garam dan asam encer dan mudah berubah karena pengaruh susu, konsentrasi garam, asam, basa serta mudah mengalami denaturasi.
b. Berdasarkan komposisi zat penyusunnya.
1). Protein sederhana
a). Protamin
Protamin ini bersifat alkalis dan tidak mengalami koagulasi pada pemanasan. Apabila ditambah asam mineral kuat akan menghasilkan garam yang stabil yang bersifat larut dalam air.
b). Albumin
Protein ini larut dalam air dan garam encer, terdapat dalam putih telur, susu, darah dan sayur-sayuran.
c). Globulin
Larut dalam larutan garam mineral, tetapi tidak larut dalam air. Pada susu terdapat dalam bentuk laktoglobulin, dalam telur ovoglobulin, dalam daging myosin dan actin, dalam kedelai disebut glisin.
d). Gutelin
Larut dalam asam dan basa encer, tetapi tidak larut dalam pelarut netral.
e). Prolanin
Larut dalam etanol 50-90% dan tidak larut dalam air. Protein ini banyak mengandung prolin dan asam glutamat serta banyak terdapat di dalam serealia.
f). Skleroprotein
Tidak larut dalam air dan solvent netral dan tahap terhadap hidrolisis enzimatis, berfungsi sebagai struktur kerangka pelindung pada manusia dan hewan.
g). Histon
Merupakan protein basa, karena banyak mengandung lisin dan organin. Bersifat larut dalam air dan tergumpal oleh amonia.
h). Globulin
Kaya akan argini, triptophan, histidin dan terdapat dalam darah(hemoglobin).
2). Protein majemuk
a). Posteprotein
Mengandung gugus fosfat yang terikat pada gugus hidroksil dari serin dan threonin, banyak terdapat pada susu dan kuning telur.
b). Lipoprotein
Mengandung lipid asam lemak sehingga mempunyai kapasitas sebagai zat pengemulsi yang baik, terdapat pada telur, susu dan darah.
c). Nukleoprotein
Kombinasi antara sesama nukleur dan protein, banyak terdapat dalam intisel.
d). Glikoprotein
Merupakan kombinasi antara karbohidrat dan protein.
e). Kromoprotein
Kombinasi antara protein dengan gugus berpigmen yang biasanya mengandung unsur logam.
f). Metaloprotein
Merupakan komplek antara protein dan logam seperti kromoprotein.
2.5 Singkong (Ubi kayu)
Tanaman ubi kayu menurut Steenis (1998) merupakan tanaman yang memiliki klasifikasi sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Euphorbiales
Familia : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Species : Manihot utilissima
a. Manfaat singkong
Singkong merupakan komoditas hasil pertanian, sumber karbohidrat yang penting setelah beras. Namun sesuai dengan perkembangan teknologi, singkong tidak hanya dimanfaatkan sebagai makanan saja tetapi juga dimanfaatkan sebagai bahan baku industri, terutama industri pellet atau makanan ternak dan industri pengolahan tepung. Industri pengolahan tepung akan menghasilkan antara lain : tepung tapioka yang merupakan bahan baku pembuatan krupuk, gula cair, industri tekstil dan sebagainya. Di samping itu di beberapa daerah, singkong dijadikan sebagai bahan makanan pokok pengganti nasi (jawa : tiwul), gatot, roti, biskuit, tape, patila dan berbagai macam makanan lainnya ( Soetanto, 2001).
2.6 Nanas
Menurut Steenis (1998), klasifikasi nanas adalah sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Classis : Monocotyledoneae
Ordo : Bromeliales
Familia : Bromeliaceae
Genus : Ananas
Spesies : Ananas comosus
Menurut Lisdiana dan Soemadi (1997), nanas merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat pada hampir semua bagian untuk pangan, pakan maupun bahan baku industri. Buah nanas dapat dikonsumsi dalam keadaan segar atau dijadikan produk olahan. Buah nanas dapat diolah menjadi berbagai makanan yang lezat seperti buah kalengan, manisan, jelly, sari buah dan beberapa produk lain. Buah nanas mengandung enzim protase yang disebut bromelin, yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan didalam industri pangan. Enzim ini dapat pula dimanfaatkan sebagai masker untuk merawat kecantikan dengan mencampurkan sari nanas, air dan madu. Selain itu bromelin bermanfaat juga untuk memperbaiki produk daging kornet,mengurangi waktu dan memperbaiki pemanggangan roti, pembungkus sosis dan lain-lain. Bagian buah yang lain seperti hati, kulit dan tangkainya juga mengandung bromelin. Kandungan enzim bromelin pada bagian-bagian buah nanas bervariasi.
Menurut Wirakusumah (1995), nanas matang mempunyai aroma yang harum, berwarna kuning kehijauan dan keras. Nanas dapat dikonsumsi sebagai salad maupun juice. Buah nanas mengandung zat desktrosa, laevulosa, manit, sakharosa, asam organik, protein dan bromelin. Kandungan bromelin yang terdapat pada nanas merupakan enzim kompleks pemecah protein. Oleh karena itu, nanas dapat digunakan untuk memperlancar pencernaan protein. Menurut Page (1993), enzim Bromelin pada nanas sama halnya dengan enzim papain pada pepaya yaitu dapat digunakan untuk melunakkan daging dan dapat untuk meningkatkan kadar protein. Proses yang terjadi yaitu hidrolisa protein.
Dalam buah nanas terkandung enzim-enzim, salah satu enzim yang penting adalah enzim bromelin yang merupakan suatu enzim protease yang mampu memecah protein(Muljohardjo,1984).Sedangkan menurut Wirakusumah (1995), kandungan bromelin yang terdapat pada nanas merupakan enzim kompleks pemecah protein, oleh karena itu dapat meningkatkan kadar protein.
2.7 Enzim
Menurut Indrawati (1992), enzim proteolitik dapat memecah molekul- molekul protein menjadi bentuk asam amino. Sedangkan menurut Poedjiadi (1994), penguraian suatu senyawa atau substrat atau suatu enzim secara sederhana dapat dilukiskan sebagai berikut:
Menurut Indrawati (1992), Enzim bromelin dapat diekstraksi dari batang nanas yan disebut stem bromelin.
2.8 Kadar Protein Tape
Dari beberapa penelitian tape yang tidak ditambahkan sari buah nanas tidak memiliki kadar bromelin maka kandungan proteinnya pun lebih rendah diantara tape yang ditambahkan sari buah nanas. Dalam singkong 0,5 kg mengandung kadar protein 0,21%. Dalam 100 gram singkong terdapat kadar protein 0,3%.
Semakin tinggi volume sari buah nanas yang ditambahkan maka semakin tinggi pula konsentrasi enzim bromelin. Hal ini menyebabkan kadar protein tape singkong dengan penambahan sari buah nanas lebih tinggi daripada kadar protein pada tape singkong tanpa penambahan sari buah nanas, karena bromelin berfungsi untuk mengkatalis protein dalam tape singkong.
Peningkatan kadar protein pada tape singkong yang ditambahkan sari buah nanas disebabkan oleh kandungan bromelin pada nanas. Enzim bromelin merupakan suatu enzim protease yang mampu memecah protein. Enzim ini mempunyai arti penting seperti halnya papain yang dihasilkan dari tanaman pepaya. Proses kerja enzim bromelin adalah memecah protein menjadi asam amino. Menurut Hadiwiyoto (1993) kandungan enzim bromelin pada nanas dapat mengkatalis protein. Sesuai dengan pendapat Chairunisa (1985) bahwa enzim protein merupakan enzim proteolitik yang dapat mengkatalis ikatan peptida dari suatu rantai polipeptida. Enzim bromelin dapat ditemukan pada jaringan tanaman familia Bromeliaceae, misalnya pada nanas. Reaksi enzim sebagai Katalisator diperkuat oleh Winarno (1985) bahwa enzim adalah suatu biokatalisator yang dihasilkan oleh jaringan dan bekerja mempercepat reaksi-reaksi yang berlangsung. Enzim merupakan senyawa protein yang disekresikan oleh semua sel hidup dan berfungsi sebagai senyawa biokatalisator. Menurut Hawab (2004), bahwa reaksi pemecahan protein menjadi asam amino dengan katalisator enzim protease adalah sebagai berikut :
Enzim Protease
Protein Asam Amino
Bromelin (Bebas)
Dengan meningkatnya kadar protein pada tape maka akan meningkatkan pula nilai gizi pada tape, karena protein berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tubuh, perbaikan dan pergantian sel-sel jaringan tubuh yang rusak, produk enzim pencernaan dan enzim metabolisme, dan protein merupakan bagian yang terpenting pada hormon-hormon tertentu seperti tiroksin dan insulin (Winarno, 1993).
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Singkong dapat disajikan dalam bentuk tape melalui proses fermentasi yaitu terjadinya perubahan-perubahan bahan-bahan organik dari senyawa-senyawa komplek menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan kerja enzim. Fermentasi adalah perubahan kimia dalam bahan pangan yang disebabkan oleh enzim-enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau telah ada dalam bahan pangan itu sendiri. Tape mempunyai tekstur yang lunak, rasa yang asam manis dan sedikit mengandung alkohol. Selama fermentasi, tape mengalami perubahan- perubahan biokimia akibat aktivitas mikroorganisme (Astawan, 2004).
Buah nanas mengandung enzim protase yang disebut bromelin, yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan didalam industri pangan. Enzim bromelin merupakan suatu enzim protease yang mampu memecah protein. Enzim ini mempunyai arti penting seperti halnya papain yang dihasilkan dari tanaman pepaya. Proses kerja enzim bromelin adalah memecah protein menjadi asam amino. Menurut Hadiwiyoto (1993) kandungan enzim bromelin pada nanas dapat mengkatalis protein. Sesuai dengan pendapat Chairunisa (1985) bahwa enzim protein merupakan enzim proteolitik yang dapat mengkatalis ikatan peptida dari suatu rantai polipeptida
3.2 SARAN
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik dari semua pihak sangat kami harapkan untuk kami jadikan sebagai bahan perbaikannantinya.
DAFTAR PUSTAKA
Buckle, Edward, dan Fleed, Watton. 1988. Ilmu Pangan. Jakarta : UI Press.
Desrosier, N.W. 1987. Teknologi Pengawetan Pangan. Jakarta : UI Press.
Dwijoseputro. 1990. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang : Djambatan.
Indrawati, Tanti, dkk. 1992. Pembuatan Kecap Keong Sawah dengan Menggunakan
Enzim Bromelin. Semarang : Balai Pustaka dan Media Wiyata.
Made, Astawan. 2004. Tetap Sehat Dengan Produk Makanan Olahan. Surakarta :
Tiga Serangkai.
Muljohardjo, Muchji. 1984. Nanas dan Teknologi Pengolahannya. Yogyakarta :
Liberty.
Rukmana dan Yuniarsih. 2001. Aneka Olahan Ubi Kayu. Yogyakarta : Kanisius.
Timotius. 1982. Mikrobiologi Dasar. Salatiga : Universitas Kristen Satya Wacana.
Winarno, F.G. 1993. Pangan: Gizi, Teknologi dan Konsumen. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Rabu, 29 Agustus 2012
PERAN HUTAN MANGROVE TERHADAP KELESTARIAN BIOTA PANTAI
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang memiliki sekitar 17.500 pulau dengan panjang pantai sekitar 81.000 km, sehingga negara kita memiliki potensi sumber daya wilayah pesisir laut yang besar. Ekosistem pesisir laut merupakan sumber daya alam yang produktif sebagai penyedia energi bagi kehidupan komunitas di dalamnya. Selain itu ekosistem pesisir dan laut mempunyai potensi sebagai sumber bahan pangan, pertambangan dan mineral, energi, kawasan rekreasi dan pariwista. Hal ini menunjukkan bahwa ekosistem pesisir dan laut merupakan aset yang tak ternilai harganya di masa yang akan datang. Ekosistem pesisir dan laut meliputi estuaria, hutan mangrove, padang lamun, terumbu karang, ekosistem pantai dan ekosistem pulau-pulau kecil. Komponen-komponen yang menyusun ekosistem pesisir dan laut tersebut perlu dijaga dan dilestarikan karena menyimpan sumber keanekaragaman hayati dan plasma nutfah. Salah satu komponen ekosistem pesisir dan laut adalah hutan mangrove.
1. 2. Tujuan
1. 2. 1. Tujuan Umum
Pelajaran mengenai lingkungan hidup organisma sudah dipelajari sebelum kata ekologi itu sendiri diperkenalkan oleh ahlinya. Nenek moyang kita pada jaman dahulu telah berupaya untuk memelihara lingkungan, yang terbukti dari mitos mitos yang muncul seperti ”jangan menebang pohon yang rindang karena ada penghuninya”. Ini adalah salah satu upaya mereka untuk memelihara keseimbangan ekosistem dan juga untuk menjaga ketersediaan air. Mitos-mitos mengenai pemeliharaan lingkungan ini relatif cukup banyak, karena masing-masing suku yang ada di Indonesia memilikinya. Gambaran ini memperlihatkan bahwa manusia merupakan organisma yang memiliki kekekuatan penuh yang mempengaruhi lingkungan dan sebaliknya.
Utama mempelajari dan mengetahui lebih tentang hutan mangrove peranan dan manfaatnya bagi mahluk hidup lain.
1. 2. 2. Tujuan Khusus
Tujuan dari makalah ini untuk memenuhi tugas mandiri mata kuliah Ekologi Tumbuhan.
1. 3. Rumusan Masalah
1. 3. 1. Karakteristik hutan mangrove?
1. 3. 2. Korelasi antara komunitas mangrove dengan biota pantai di ekosistem
pantai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Deskripsi Hutan Bakau / Mangrove
Deskripsi Tentang Mangrove Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di muara sungai, daerah pasang surut atau tepi laut. Tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut. Umumnya mangrove mempunyai sistem perakaran yang menonjol yang disebut akar nafas (pneumatofor). Sistem perakaran ini merupakan suatu cara adaptasi terhadap keadaan tanah yang miskin oksigen atau bahkan anaerob.
Hutan bakau/mangrove banyak ditemukan di sepanjang pantai yang landai di daerah tropik dan subtropik. Tumbuhan yang dominan adalah pohon bakau (Rhizophora sp), sehingga nama lainnya adalah hutan bakau, selain pohon bakau ditemukan pula pohon Kayu Api (Avicennia) dan pohon Bogem (Bruguiera).
Ciri-ciri:
1. Kadar garam air dan tanahnya tinggi.
2. Kadar O2 air dan tanahaya rendah.
3. Saat air pasang, lingkungannya banjir, saat air surut lingkungannya becek dan herlumpur.
Dengan kondisi kadar garam tinggi, menyebabkan tumbuhan bakau sukar menyerap air meskipun lingkungan sekitar banyak air, keadaan ini dikenal dengan nama kekeringan fisiologis. Untuk menyesuaikan dengan lingkungan tersebut tumbuhan bakau memiliki dedaunan yang tebal dan kaku, berlapiskan kutikula sehingga dapat mencegah terjadinya penguapan yang terlalu besar.
Untuk menyesuaikan diri dengan kadar O2 rendah, tumbuhan bakau memiliki akar nafas yang berfungsi menyerap O2 langsung dari udara. Agar individu baru tidak dihanyutkan oleh arus air akibat adanya pasang naik dan pasang surut terutama pada bakau kita dapati suatu fenomena yang dikenal dengan nama VIVIPARI yang artinya adalah berkecambahnya biji selagi biji masih terdapat dalam buah, belum tanggal dari pohon induknya, dapat membentuk akar yang kadang-kadang dapat mencapai 1 meter panjangnya.
Jika biji yang sudah berkecambah tadi lepas dari pohon induknya maka dengan akar yang panjang tersebut dapat menancap cukup dalam di dalam lumpur, sehingga tidak akan terganggu dengan arus air yang terjadi pada gerakan pasang dan surut.
2. 2. Manfaat Hutan Bakau / Mangrove
Hutan bakau (mangrove) berperan sangat penting bagi kehidupan. Kawasan tanaman ini berandil signifikan bagi bagi penduduk di sekitar. Hutan bakau memiliki beragam fungsi. Antara lain, meng¬hambat erosi pantai, mengurai limbah organik, sebagai tempat pemijahan, engasuhan dan mencari makan (spawning ground,nursery ground and feeding ground) berbagai jenis biota laut.
Hutan bakau menjadi habitat berbagai jenis satwa, penghasil kayu dan non kayu, serta potensi ekoturisme.
Hubungan masyarakat dengan ekosistem sekitar didekspresikan melalui pemanfataan berbagai produk hutan untuk berbagai manfaat. Dalam era mo¬dern sekarang kini pun, beberapa kelompok etnis di Papua, secara turun-temurun, masih bergantung erat pada sumberdaya hutan. Kelompok-kelompok ini memanfaatkan hutan sebagai sumber pangan, bahan bangunan dan sumber energi, obat tradisional, habitat hewan liar dan potensi wisata ekologi.
Berbagai contoh flora yang dimanfaatkan oleh penduduk pesisir di papua,
1) Bruguiera gymnorhiza ada¬lah jenis bakau yang dimanfaatkan sejumlah suku sebagai sumber pangan. Suku Biak mengkonsumsi pati dari buah bakau ini sebagai sumber karbohidrat.
2) Kelompok etnis di Wondama mengkonsumsi buah matang Bruguiera sp. Begitu pula suku Inanwatan di Sorong meman¬faatkan jenis A. alba, A. lanata, N. fruticans dan Sonneratia caseolaris. Jenis-jenis ini bisa langsung digunakan atau direbus (dibakar) dengan kelapa.
3) Di daearah-daerah dataran tinggi, kayu hutan sudah lazim digunakan sebagai bahan bangunan.Sementara penduduk di wilayah pesisir, seperti etnis Biak, kayu bakau menjadi bahan pengganti. Etnis ini menggunakan bagian batang R. apiculata untuk tiang rumah dan ranting sebagai bahan bakar. Hal yang sama juga berlaku untuk spesies Sonneratia alba dan Xeriops tagal.
Di kalangan suku Inanwatan, bagian batang Avicenia lanata berfungsi sebagai badan perahu. Jenis-jenis bakau yang juga bisa digunakan sebagai bahan bangunan,yakni batang Ceriops decandra, C. tagal dan Rhizopora mucronata. Yakni, biasa digunakan sebagai tiang pagar, bahan dinding rumah dan bahan pembuat perahu. Daun Nypha fruticans dianyam sebagai atap rumah.
4) Buah matang dari jenis B. Gymnorhiza tidak hanya untuk konsumsi, tetapi batang dan rantingnya digarap menjadi peralatan rumah tangga, seperti dilakukan suku Wondama.
5) S. alba digunakan sebagai obat. Air rebusan dari kulit gerusannya diminum untuk mengontrol kehamilan dan memperlancar persalinan. Sebagaimana, kelompok etnis Biak.
6) Daun Rhizopora aty¬losa yang merata di atas permukaan air digunakan etnis ini untuk memperlancar anak kecil belajar bicara.
7) Komunitas tertentu di Papua juga memanfaatkan gerusan kulit atau akar bakau sebagai ramuan miuman keras sebagai stimulan bagi vitalitas kaum pria. Di Sorong misalnya, etnis Inanwatan menggunakan sadapan buah N. fruticans dan akar muda R. apiculata untuk mencampur minuman.
8) Dan buah R. mucronata sebagai obat diare.
9) Jenis Rhizopora sp lazim digunakan sebagai bahan pencampur minuman keras oleh etnis Wondama. Bahkan, ada spesies bakau yang dapat diolah menjadi minuman beralkohol (Nypa fruticans) dan minuman fermentasi (R. stylosa).
Kawasan bakau tidak hanya memasok kebutuhan pangan dan papan pribumi Pa¬pua. Ia juga habitat biota laut/air, sumber protein (hewani), seperti ikan, udang, kerang, kepiting dan buaya.
2. 3. Fungsi Hutan Mangrove
Hutan mangrove memiliki berbagai macam fungsi. Menurut Rahmawaty (2006), beberapa fungsi yang dimiliki hutan mangrove adalah sebagai berikut:
2. 3. 1. Fungsi Fisik
Menjaga garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai dari erosi (abrasi) dan intrusi air laut, peredam gelombang dan badai, penahan lumpur, penangkap sedimen, pengendali banjir, mengolah bahan limbah, penghasil detritus, memelihara kualitas air, penyerap CO2 dan penghasil O2 serta mengurangi resiko terhadap bahaya tsunami. Irawan (2005) melaporkan bahwa keberadaan hutan mangrove dapat memperkecil resiko akibat dampak tsunami di Propinsi Nangroe Aceh Darusalam. Daerah-daerah yang memiliki front zonasi mangrove kerusakannya tidak terlalu parah jika dibandingkan dengan daerah yang tidak memiliki front hutan mangrove. Adanya perubahan lingkungan ekosistem wilayah pesisir laut secara tidak langsung akan mempengaruhi sistem komunitas yang berada di dalamnya, termasuk terhadap keanekaragaman jenis dan struktur komunitas yang berada dalam ekosistem tersebut.
2. 3. 2. Fungsi Biologis
Merupakan daerah asuhan (nursery ground), daerah untuk mencari makan (feeding ground) dan daerah pemijahan (spawning ground) dari berbagai biota laut, tempat bersarangnya burung, habitat alami bagi berbagai jenis biota, sumber plasma nutfah (hewan, tumbuhan dan mikroorganisme) dan pengontrol penyakit malaria.
2. 3. 3. Fungsi Sosial Ekonomi
Sumber mata pencarian, produksi berbagai hasil hutan (kayu, arang, obat dan makanan), sumber bahan bangunan dan kerajinan, tempat wisata alam, objek pendidikan dan penelitian, areal pertambakan, tempat pembuatan garam dan areal perkebunan.
2. 4. Fauna Bakau / Mangrove
Sebagian besar jenis fauna mangrove yang berpotensi dimanfaatkan oleh masyarakat adalah berupa berbagai jenis ikan, kepiting dan burung.
2. 3. 1. Ikan
Berdasarkan hasil penelitian para ahli ada lebih dari sekitar 52 jenis ikan yang hidup di habitat mangrove Indonesia. Dari berbagai jenis ikan tersebut ada enam jenis yang umum diketemukan, yaitu Mullet (Mugil cephalus), Snapper (anggota Lutjanidae), Milkfish (Chanos chanos), seabass (Lates calcarifer), Tilapia (Tillapia sp.), Mudskipper (Periothalmus spp.)
2. 3. 2. Udang dan kepiting
Ada sekitar 61 jenis udang dan kepiting yang hidup di habitat mangrove Indonesia, diantaranya jenis-jenis yang umum diketemukan di habitat tersebut, adalah : Uca spp. (fiddler crab), Sesarma spp., Scylla serata, Macrobrachium rosenbergii, Penaeus spp. Jenis udang, bandeng dan kepiting biasanya dibudidayakan oleh masyarakat dalam bentuk tambak, sedangkan jenis-jenis ikan lainnya dan Crustaceae serta moluska diperoleh oleh masyarakat melalui penangkapan.
2. 3. 3. Burung
Berdasarkan beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan di berbagai lokasi dilaporkan bahwa ada sekitar 51 jenis burung yang berasosiasi dengan mangrove, diantaranya yang umum ditemukan adalah pecuk (Anhinga sp. dan Phalacocorax sp.), cangak dan blekok (Ardea sp.), bangau/kuntul (Egretta sp. dan Leotoptilos sp.). Masyarakat sekitar mangrove pada waktu-waktu tertentu berburu burung dan memungut telur burung untuk bahan makanan atau untuk dijual, seperti yang terjadi di hutan mangrove Pulau Rambut (Departemen Kehutanan, 1994), Karang Gading dan Langkat (Hanafiah-Oeliem et al. 2000). Hal yang sama juga penulis temui di berbagai kawasan mangrove seperti di Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Papua dan pulau-pulau lainnya.
2. 3. 4. Lebah madu
Hutan mangrove merupakan salah satu tempat bersarang yang baik bagi lebah madu, sehingga mangrove sangat potensial untuk menghasilkan madu. Umumnya, lebah madu membuat sarang pada pohon Avicennia spp, Ceriops spp., dan Excoecaria agallocha. Dengan adanya lebah madu membuat sarang di pohon-pohon mangrove akan sangat menguntungkan bagi masyarakat di sekitar kawasan mangrove, yakni dapat memungut madu. Selain memungut madu dari alam dari alam, masyarakat juga bisa mendapatkannya dengan beternak lebah madu.
Hutan mangrove juga merupakan habitat bagi beberapa satwa liar yang diantaranya terancam punah, seperti harimau sumatera (Panthera tigris sumatranensis), bekantan (Nasalis larvatus), wilwo (Mycteria cinerea), bubut hitam (Centropus nigrorufus), dan bangau tongtong (Leptoptilus javanicus, dan tempat persinggahan bagi burung-burung migran.
BAB III
HASIL KAJIAN DAN PEMBAHASAN HASIL KAJIAN
3. 1. Hasil Kajian
Upaya pemanfaatan hutan bakau dengan tidak menggurangi kelestarian dan merusak hutan bakau atau mangrove tersebut adalah :
3.1.1 Korelasi Hutan Bakau Dengan Biota Laut
Peranannya dengan ekosistem pesisir lain sangat jelas, yaitu sebagai penghasil zat hara bagi kesuburan perairan, sehingga tingkat produktivitas primer mangrove cukup tinggi selain padang lamun. Peranan ini sekaligus menjadikan hutan mangrove dan perairan di sekitarnya merupakan da¬erah pemijahan, asuhan, mencari makan dan perlindungan bagi biota laut seperti udang, kepiting, ikan dan jenis-jenis spesies lain. Kepiting merupakan biota laut dominan di daerah mang¬rove, yang memakan daun mangrove dan serasah lainnya. Kebiasaannya ini sangat berperan dalam membentuk detritus dan daur unsur hara, demikian juga dengan anelida dan nematoda yang hidup dalam redimen hutan mang¬rove.
Penurunan daya dukung hutan mangrove akibat pemanfaatan lahan dan pembabatan pohon mangrove akan sangat mengurangi fungsi ekologinya, termasuk hubungan dengan ekosistem pesisir lain dan manusia.
Untuk itu, semua instansi terkait dapat bekerja sama dalam pelestarian ekosistem ini dan pemangku kepentingan dapat membantu secara aktif. Semua usaha ini dilakukan tidak hanya untuk pemulihan dan meningkatkan peranan hutan mangrove, tetapi juga untuk pelestarian biota laut lainnya yang menjadi salah satu sumber protein hewani bagi masyarakat.
3. 1.2 Pemulihan dan Pendayagunaan Potensi Hutan Mangrove
Pada dasarnya hutan mangrove merupakan ekosistem yang kaya dan menjadi salah satu sumberdaya yang produktif. Namun sering pula dianggap sebagai lahan yang terlantar dan tidak memiliki nilai sehingga pemanfaatan yang mengatasnamakan pembangunan menyebabkan terjadinya kerusakan. Pengelolaan tambak memang menjanjikan hasil yang menggiurkan tetapi sangat perlu dilihat kesinambungan dan kelestarian lingkungan yang sudah terbentuk sebelumnya. Kondisi ini memerlukan suatu strategi yang jelas dan nyata untuk dapat mempertahankan dan mengelola secara baik dan utuh hutan mangrove. Untuk itu perlu dikaji pendayagunaan potensi hutan mangrove, sebagai salah satu bagian dari ekosistem pesisir, secara berkelanjutan berbasis masyarakat.
3.2 Pembahasan
Upaya yang harus dilakukan untuk menjaga kelestarian Hutan Mangrove dapat dilakukan melalui teknik silvofishery dan pendekatan bottom up dalam upaya rehabilitasi. Silvofishery merupakan teknik pertambakan ikan dan udang yang dikombinasikan dengan tanaman kehutanan dalam hal ini adalah vegetasi hutan mangrove. Usaha ini dilakukan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan dan memelihara ekosistem hutan mangrove sehingga terjaga kelangsungan hidupnya.
Pengelolaan hutan mangrove sebenarnya sudah diatur dalam peraturan pemerintah. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, disebutkan dalam kaitan kondisi mangrove yang rusak, kepada setiap orang yang memiliki, pengelola dan atau memanfaatkan hutan kritis atau produksi, wajib melaksanakan rehabilitasi hutan untuk tujuan perlindungan konservasi. Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Pemerintah Propinsi, Pemerintah Pusat terbatas pada pola umum dan penyusunan rencana makro rehabilitasi hutan dan lahan. Sedangkan penyelenggaraan rehabilitasi hutan dan lahan dilakukan oleh pemerintah daerah, terutama Pemerintah Kabupaten/Kota, kecuali di kawasan hutan konservasi masih menjadi kewenangan Pemerintah Pusat. Selain itu, pemerintah harus mempertahankan kondisi mangrove yang masih ada dengan menghentikan perizinan yang bertujuan mengkonversikan hutan mangrove menjadi bentuk lain seperti tambak, pertanian, HPH, industri, pemukiman dan sebagainya.
Selama ini pelaksanaan pemulihan ekosistem mangrove yang telah terjadi pada beberapa tahun belakangan ini dilakukan atas perintah dari atas (pemerintah). Seperti suatu kebiasan dalam suatu proyek apapun yang namanya rencana itu senantiasa datangnya dari atas sedangkan bawahan (masyarakat) sebagai ujung tombak pelaksana proyek hanya sekedar melaksanakan perintah atau dengan istilah populer dengan pendekatan top-down.
Pelaksanaan proyek semacam ini tentu saja kurang memberdayakan potensi masyarakat, padahal idealnya masyarakat tersebutlah yang harus berperan aktif dalam upaya pemulihan ekosistem mangrove tersebut, sedangkan pemerintah hanyalah sebagai penyedia dana, pengontrol dan fasilitator berbagai kegiatan yang terkait. Akibatnya setelah selesai proyek, yaitu saat dana telah habis, tentu saja pelaksana proyek tersebut merasa sudah habis pula tangung jawabnya. Di sisi lain masyarakat tidak merasa ikut memiliki (sense of belonging tidak tumbuh) hutan mangrove tersebut. Masyarakat beranggapan bahwa hutan mangrove tersebut adalah milik pemerintah dan bukan milik mereka, sehingga jika masyarakat membutuhkan, mereka tinggal mengambil tanpa merasa diawasi oleh pemerintah atau pelaksana proyek.
Karena pendekatan top down kurang memberdayakan masyarakat maka diterapkanlah pendekatan secara bottom up yang merupakan suatu teknik dalam rehabilitasi hutan mangrove yang lebih banyak melibatkan masyarakat. Seyogyanya upaya pemulihan hutan mangrove adalah atas biaya pemerintah, sedangkan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi keberhasilan dan pemanfaatannya secara berkelanjutan semuanya dipercayakan kepada masyarakat. Dalam pelaksanaannya kegiatan tersebut dapat juga melibatkan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) bersama perangkat desa, pemimpin masyarakat dan lain-lain. Dengan demikian semua proses rehabilitasi (reboisasi) hutan mangrove yang dimulai dari proses penanaman, perawatan, penyulaman dilakukan oleh masyarakat sehingga masyarakat merasa memiliki dan akan selalu turut menjaga kelestarian hutan mangrove.
Hasil dari kegiatan dengan pendekatan bottom up ini akan menjadikan masyarakat enggan untuk merusak hutan mangrove yang telah mereka tanam, sekalipun tidak ada yang mengawasinya, karena masyarakat sadar bahwa kayu yang mereka potong tersebut sebenarnya adalah milik mereka bersama. Tugas pemerintah hanyalah memberikan pengarahan secara umum dalam pemanfaatan hutan mangrove secara berkelanjutan, sebab tanpa arahan yang jelas nantinya akan terjadi konflik kepentingan dalam pengelolaan jangka panjang. Pendekatan bottom up akan menumbuhkan partisipasi masyarakat juga sekaligus merupakan proses pendidikan bagi masyarakat.
Selain itu juga kondisi hutan mangrove yang terjaga dapat menjadi objek wisata yang pada akhirnya mampu menumbuhkan perekonomian masyarakat di sekitarnya. Hutan mangrove merupakan objek wisata alam yang sangat menarik. Hutan mangrove yang telah dikembangkan menjadi obyek wisata alam antara lain di Sinjai (Sulawesi Selatan), Muara Angke (DKI), Suwung, Denpasar (Bali), Blanakan dan Cikeong (Jawa Barat), dan Cilacap (Jawa Tengah). Karakteristik hutannya yang berada di peralihan antara darat dan laut memiliki keunikan. Para wisatawan juga memperoleh pelajaran tentang lingkungan langsung dari alam.
Ada beberapa hal penting lainnya yang dapat dilaksanakan dalam upaya pelestarian hutan mangrove, yaitu:
1. Mengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna yang mengkombinasikan antara teori dengan pengetahuan tradisional yang sudah terbentuk sebelumnya yang lebih mudah diterima dan dikembangkan sesuai dengan keadaan setempat.
2. Perlu adanya peraturan-peraturan tertulis mengenai tanggung jawab pemerintah dan masyarakat akan kelangsungan ekosistem hutan mangrove berupa peraturan daerah.
Seperti kita ketahui bersama, tambak tradisional yang telah dikembangkan selama berabad-abad silam tidak terlalu menjadi hal yang merisaukan dari segi lingkungan karena menggunakan vegetasi mangrove sebagai bagian dari sistem. Hal ini merupakan suatu bentuk kearifan lokal yang patut dijadikan orientasi dalam pelestarian hutan mangrove. Untuk pengembangan teknologi yang berorientasi pada tradisi masyarakat perlu kiranya dilakukan penelitian-penelitian seputar kawasan hutan mangrove yang melibatkan masyarakat pesisir. Untuk itu perlu adanya peran aktif para peneliti baik dari civitas akademika maupun dari lembaga-lembaga penelitian pemerintah dan swasta. Selain itu peran serta pemerintah sebagai fasilitator sangat diharapkan sehingga akan memperlancar terlaksananya berbagai riset yang berhubungan dengan upaya pelestarian hutan mangrove.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4. 1. Kesimpulan
Mangrove adalah vegetasi hutan yang tumbuh dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut, sehingga lantainya selalu tergenang air. Tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut. Kata mangrove adalah kombinasi antara bahasa Portugis mangue dan bahasa Inggris grove.
Hutan mangrove mempunyai tajuk yang rata dan rapat serta memiliki jenis pohon yang selalu berdaun. Keadaan lingkungan di mana hutan mangrove tumbuh, mempunyai faktor-faktor yang ekstrim seperti salinitas air tanah dan tanahnya tergenang air terus menerus. Meskipun mangrove toleran terhadap tanah bergaram (halophytes), namun mangrove lebih bersifat facultative daripada bersifat obligative karena dapat tumbuh dengan baik di air tawar. Flora mangrove terdiri atas pohon, epipit, liana, alga, bakteri dan fungi. Jenis-jenis tumbuhan yang ditemukan di hutan mangrove Indonesia adalah sekitar 89 jenis, yang terdiri atas 35 jenis pohon, 5 jenis terna, 9 jenis perdu, 9 jenis liana, 29 jenis epifit dan 2 jenis parasit.
Dari sekian banyak jenis mangrove di Indonesia, jenis mangrove yang banyak ditemukan antara lain adalah jenis api-api (Avicennia sp), bakau (Rhizophora sp), tancang (Bruguiera sp), dan bogem atau pedada (Sonneratia sp), merupakan tumbuhan mangrove utama yang banyak dijumpai.
Peranannya dengan ekosistem pesisir lain sangat jelas, yaitu sebagai penghasil zat hara bagi kesuburan perairan, sehingga tingkat produktivitas primer mangrove cukup tinggi selain padang lamun. Peranan ini sekaligus menjadikan hutan mangrove dan perairan di sekitarnya merupakan da¬erah pemijahan, asuhan, mencari makan dan perlindungan bagi biota laut seperti udang, kepiting, ikan dan jenis-jenis spesies lain. Kepiting merupakan biota laut dominan di daerah mang¬rove, yang memakan daun mangrove dan serasah lainnya. Kebiasaannya ini sangat berperan dalam membentuk detritus dan daur unsur hara, demikian juga dengan anelida dan nematoda yang hidup dalam redimen hutan mang¬rove.
Untuk itu, semua instansi terkait dapat bekerja sama dalam pelestarian ekosistem ini dan pemangku kepentingan dapat membantu secara aktif. Semua usaha ini dilakukan tidak hanya untuk pemulihan dan meningkatkan peranan hutan mangrove, tetapi juga untuk pelestarian biota laut lainnya yang menjadi salah satu sumber protein hewani bagi masyarakat.
4. 1. Saran
Mengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna yang mengkombinasikan antara teori dengan pengetahuan tradisional yang sudah terbentuk sebelumnya yang lebih mudah diterima dan dikembangkan sesuai dengan keadaan setempat.
Perlu adanya peraturan-peraturan tertulis mengenai tanggung jawab pemerintah dan masyarakat akan kelangsungan ekosistem hutan mangrove berupa peraturan daerah.
Serta kesadaran masyarakat akan pentingnya konservasi harus ditanamkan.
DAFTAR PUSTAKA
Sinar Harapan, Senin, 28 September 2009
OLEH: AUGY SYAHAILATUA, PHD
Fakultas Peternakan Perikanan & Ilmu Kelautan, Universitas Negeri Papua. Oleh Agustina Y.S. Arobaya*) dan Freddy Pattiselanno**)
http://tumoutou.net/702_04212/zeinyta_a_h.htm
(www.lablink.or.id)
Wikipedia.indonesia
Eddy, Syaiful. 2008. Pengelolaan Potensi Hutan Mangrove Secara Berkelanjutan. Palembang . Jurusan Biologi FMIPA Universitas PGRI Palembang.
Khazali, M. 2005. Panduan Teknis Penanaman Mangrove Bersama Masyarakat. Wetlands International-Indonesia Programme. Bogor. (Online), (http://www.pmdmahakam.org, diakses 20 Mei 2010).
Nybakken, J.W. 1982. Marine Biology: An Ecological Approach. Terjemahan Dr. M.Eidman. Jakarta: Gramedia.
Onrizal. 2002. Evaluasi Kerusakan Kawasan Mangrove dan Alternatif Rehabilitasinya di Jawa Barat dan Banten. Fakultas Pertanian Program Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara. Medan. (Online), (http://library usu.ac.id, 20 Mei 2010).
Rahmawaty. 2006. Upaya Pelestarian Mangrove Berdasarkan Pendekatan Masyarakat. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan. (Online), (http://library usu.ac.id, diakses 20 Mei 2010).
Walhi. 2006. Degradasi Hutan Bakau dan Akibatnya (Online), http://www.walhi.or.id, diakses 20 Mei 2010).
HUTAN BAKAU SEBAGAI PENDUKUNG FUNGSI BIOTA TEPI PANTAI
UPAYA PELESTARIAN HUTAN BAKAU
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang memiliki sekitar 17.500 pulau dengan panjang pantai sekitar 81.000 km, sehingga negara kita memiliki potensi sumber daya wilayah pesisir laut yang besar. Ekosistem pesisir laut merupakan sumber daya alam yang produktif sebagai penyedia energi bagi kehidupan komunitas di dalamnya. Selain itu ekosistem pesisir dan laut mempunyai potensi sebagai sumber bahan pangan, pertambangan dan mineral, energi, kawasan rekreasi dan pariwista. Hal ini menunjukkan bahwa ekosistem pesisir dan laut merupakan aset yang tak ternilai harganya di masa yang akan datang. Ekosistem pesisir dan laut meliputi estuaria, hutan mangrove, padang lamun, terumbu karang, ekosistem pantai dan ekosistem pulau-pulau kecil. Komponen-komponen yang menyusun ekosistem pesisir dan laut tersebut perlu dijaga dan dilestarikan karena menyimpan sumber keanekaragaman hayati dan plasma nutfah. Salah satu komponen ekosistem pesisir dan laut adalah hutan mangrove.
1. 2. Tujuan
1. 2. 1. Tujuan Umum
Pelajaran mengenai lingkungan hidup organisma sudah dipelajari sebelum kata ekologi itu sendiri diperkenalkan oleh ahlinya. Nenek moyang kita pada jaman dahulu telah berupaya untuk memelihara lingkungan, yang terbukti dari mitos mitos yang muncul seperti ”jangan menebang pohon yang rindang karena ada penghuninya”. Ini adalah salah satu upaya mereka untuk memelihara keseimbangan ekosistem dan juga untuk menjaga ketersediaan air. Mitos-mitos mengenai pemeliharaan lingkungan ini relatif cukup banyak, karena masing-masing suku yang ada di Indonesia memilikinya. Gambaran ini memperlihatkan bahwa manusia merupakan organisma yang memiliki kekekuatan penuh yang mempengaruhi lingkungan dan sebaliknya.
Utama mempelajari dan mengetahui lebih tentang hutan mangrove peranan dan manfaatnya bagi mahluk hidup lain.
1. 2. 2. Tujuan Khusus
Tujuan dari makalah ini untuk memenuhi tugas mandiri mata kuliah Ekologi Tumbuhan.
1. 3. Rumusan Masalah
1. 3. 1. Karakteristik hutan mangrove?
1. 3. 2. Korelasi antara komunitas mangrove dengan biota pantai di ekosistem
pantai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Deskripsi Hutan Bakau / Mangrove
Deskripsi Tentang Mangrove Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di muara sungai, daerah pasang surut atau tepi laut. Tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut. Umumnya mangrove mempunyai sistem perakaran yang menonjol yang disebut akar nafas (pneumatofor). Sistem perakaran ini merupakan suatu cara adaptasi terhadap keadaan tanah yang miskin oksigen atau bahkan anaerob.
Hutan bakau/mangrove banyak ditemukan di sepanjang pantai yang landai di daerah tropik dan subtropik. Tumbuhan yang dominan adalah pohon bakau (Rhizophora sp), sehingga nama lainnya adalah hutan bakau, selain pohon bakau ditemukan pula pohon Kayu Api (Avicennia) dan pohon Bogem (Bruguiera).
Ciri-ciri:
1. Kadar garam air dan tanahnya tinggi.
2. Kadar O2 air dan tanahaya rendah.
3. Saat air pasang, lingkungannya banjir, saat air surut lingkungannya becek dan herlumpur.
Dengan kondisi kadar garam tinggi, menyebabkan tumbuhan bakau sukar menyerap air meskipun lingkungan sekitar banyak air, keadaan ini dikenal dengan nama kekeringan fisiologis. Untuk menyesuaikan dengan lingkungan tersebut tumbuhan bakau memiliki dedaunan yang tebal dan kaku, berlapiskan kutikula sehingga dapat mencegah terjadinya penguapan yang terlalu besar.
Untuk menyesuaikan diri dengan kadar O2 rendah, tumbuhan bakau memiliki akar nafas yang berfungsi menyerap O2 langsung dari udara. Agar individu baru tidak dihanyutkan oleh arus air akibat adanya pasang naik dan pasang surut terutama pada bakau kita dapati suatu fenomena yang dikenal dengan nama VIVIPARI yang artinya adalah berkecambahnya biji selagi biji masih terdapat dalam buah, belum tanggal dari pohon induknya, dapat membentuk akar yang kadang-kadang dapat mencapai 1 meter panjangnya.
Jika biji yang sudah berkecambah tadi lepas dari pohon induknya maka dengan akar yang panjang tersebut dapat menancap cukup dalam di dalam lumpur, sehingga tidak akan terganggu dengan arus air yang terjadi pada gerakan pasang dan surut.
2. 2. Manfaat Hutan Bakau / Mangrove
Hutan bakau (mangrove) berperan sangat penting bagi kehidupan. Kawasan tanaman ini berandil signifikan bagi bagi penduduk di sekitar. Hutan bakau memiliki beragam fungsi. Antara lain, meng¬hambat erosi pantai, mengurai limbah organik, sebagai tempat pemijahan, engasuhan dan mencari makan (spawning ground,nursery ground and feeding ground) berbagai jenis biota laut.
Hutan bakau menjadi habitat berbagai jenis satwa, penghasil kayu dan non kayu, serta potensi ekoturisme.
Hubungan masyarakat dengan ekosistem sekitar didekspresikan melalui pemanfataan berbagai produk hutan untuk berbagai manfaat. Dalam era mo¬dern sekarang kini pun, beberapa kelompok etnis di Papua, secara turun-temurun, masih bergantung erat pada sumberdaya hutan. Kelompok-kelompok ini memanfaatkan hutan sebagai sumber pangan, bahan bangunan dan sumber energi, obat tradisional, habitat hewan liar dan potensi wisata ekologi.
Berbagai contoh flora yang dimanfaatkan oleh penduduk pesisir di papua,
1) Bruguiera gymnorhiza ada¬lah jenis bakau yang dimanfaatkan sejumlah suku sebagai sumber pangan. Suku Biak mengkonsumsi pati dari buah bakau ini sebagai sumber karbohidrat.
2) Kelompok etnis di Wondama mengkonsumsi buah matang Bruguiera sp. Begitu pula suku Inanwatan di Sorong meman¬faatkan jenis A. alba, A. lanata, N. fruticans dan Sonneratia caseolaris. Jenis-jenis ini bisa langsung digunakan atau direbus (dibakar) dengan kelapa.
3) Di daearah-daerah dataran tinggi, kayu hutan sudah lazim digunakan sebagai bahan bangunan.Sementara penduduk di wilayah pesisir, seperti etnis Biak, kayu bakau menjadi bahan pengganti. Etnis ini menggunakan bagian batang R. apiculata untuk tiang rumah dan ranting sebagai bahan bakar. Hal yang sama juga berlaku untuk spesies Sonneratia alba dan Xeriops tagal.
Di kalangan suku Inanwatan, bagian batang Avicenia lanata berfungsi sebagai badan perahu. Jenis-jenis bakau yang juga bisa digunakan sebagai bahan bangunan,yakni batang Ceriops decandra, C. tagal dan Rhizopora mucronata. Yakni, biasa digunakan sebagai tiang pagar, bahan dinding rumah dan bahan pembuat perahu. Daun Nypha fruticans dianyam sebagai atap rumah.
4) Buah matang dari jenis B. Gymnorhiza tidak hanya untuk konsumsi, tetapi batang dan rantingnya digarap menjadi peralatan rumah tangga, seperti dilakukan suku Wondama.
5) S. alba digunakan sebagai obat. Air rebusan dari kulit gerusannya diminum untuk mengontrol kehamilan dan memperlancar persalinan. Sebagaimana, kelompok etnis Biak.
6) Daun Rhizopora aty¬losa yang merata di atas permukaan air digunakan etnis ini untuk memperlancar anak kecil belajar bicara.
7) Komunitas tertentu di Papua juga memanfaatkan gerusan kulit atau akar bakau sebagai ramuan miuman keras sebagai stimulan bagi vitalitas kaum pria. Di Sorong misalnya, etnis Inanwatan menggunakan sadapan buah N. fruticans dan akar muda R. apiculata untuk mencampur minuman.
8) Dan buah R. mucronata sebagai obat diare.
9) Jenis Rhizopora sp lazim digunakan sebagai bahan pencampur minuman keras oleh etnis Wondama. Bahkan, ada spesies bakau yang dapat diolah menjadi minuman beralkohol (Nypa fruticans) dan minuman fermentasi (R. stylosa).
Kawasan bakau tidak hanya memasok kebutuhan pangan dan papan pribumi Pa¬pua. Ia juga habitat biota laut/air, sumber protein (hewani), seperti ikan, udang, kerang, kepiting dan buaya.
2. 3. Fungsi Hutan Mangrove
Hutan mangrove memiliki berbagai macam fungsi. Menurut Rahmawaty (2006), beberapa fungsi yang dimiliki hutan mangrove adalah sebagai berikut:
2. 3. 1. Fungsi Fisik
Menjaga garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai dari erosi (abrasi) dan intrusi air laut, peredam gelombang dan badai, penahan lumpur, penangkap sedimen, pengendali banjir, mengolah bahan limbah, penghasil detritus, memelihara kualitas air, penyerap CO2 dan penghasil O2 serta mengurangi resiko terhadap bahaya tsunami. Irawan (2005) melaporkan bahwa keberadaan hutan mangrove dapat memperkecil resiko akibat dampak tsunami di Propinsi Nangroe Aceh Darusalam. Daerah-daerah yang memiliki front zonasi mangrove kerusakannya tidak terlalu parah jika dibandingkan dengan daerah yang tidak memiliki front hutan mangrove. Adanya perubahan lingkungan ekosistem wilayah pesisir laut secara tidak langsung akan mempengaruhi sistem komunitas yang berada di dalamnya, termasuk terhadap keanekaragaman jenis dan struktur komunitas yang berada dalam ekosistem tersebut.
2. 3. 2. Fungsi Biologis
Merupakan daerah asuhan (nursery ground), daerah untuk mencari makan (feeding ground) dan daerah pemijahan (spawning ground) dari berbagai biota laut, tempat bersarangnya burung, habitat alami bagi berbagai jenis biota, sumber plasma nutfah (hewan, tumbuhan dan mikroorganisme) dan pengontrol penyakit malaria.
2. 3. 3. Fungsi Sosial Ekonomi
Sumber mata pencarian, produksi berbagai hasil hutan (kayu, arang, obat dan makanan), sumber bahan bangunan dan kerajinan, tempat wisata alam, objek pendidikan dan penelitian, areal pertambakan, tempat pembuatan garam dan areal perkebunan.
2. 4. Fauna Bakau / Mangrove
Sebagian besar jenis fauna mangrove yang berpotensi dimanfaatkan oleh masyarakat adalah berupa berbagai jenis ikan, kepiting dan burung.
2. 3. 1. Ikan
Berdasarkan hasil penelitian para ahli ada lebih dari sekitar 52 jenis ikan yang hidup di habitat mangrove Indonesia. Dari berbagai jenis ikan tersebut ada enam jenis yang umum diketemukan, yaitu Mullet (Mugil cephalus), Snapper (anggota Lutjanidae), Milkfish (Chanos chanos), seabass (Lates calcarifer), Tilapia (Tillapia sp.), Mudskipper (Periothalmus spp.)
2. 3. 2. Udang dan kepiting
Ada sekitar 61 jenis udang dan kepiting yang hidup di habitat mangrove Indonesia, diantaranya jenis-jenis yang umum diketemukan di habitat tersebut, adalah : Uca spp. (fiddler crab), Sesarma spp., Scylla serata, Macrobrachium rosenbergii, Penaeus spp. Jenis udang, bandeng dan kepiting biasanya dibudidayakan oleh masyarakat dalam bentuk tambak, sedangkan jenis-jenis ikan lainnya dan Crustaceae serta moluska diperoleh oleh masyarakat melalui penangkapan.
2. 3. 3. Burung
Berdasarkan beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan di berbagai lokasi dilaporkan bahwa ada sekitar 51 jenis burung yang berasosiasi dengan mangrove, diantaranya yang umum ditemukan adalah pecuk (Anhinga sp. dan Phalacocorax sp.), cangak dan blekok (Ardea sp.), bangau/kuntul (Egretta sp. dan Leotoptilos sp.). Masyarakat sekitar mangrove pada waktu-waktu tertentu berburu burung dan memungut telur burung untuk bahan makanan atau untuk dijual, seperti yang terjadi di hutan mangrove Pulau Rambut (Departemen Kehutanan, 1994), Karang Gading dan Langkat (Hanafiah-Oeliem et al. 2000). Hal yang sama juga penulis temui di berbagai kawasan mangrove seperti di Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Papua dan pulau-pulau lainnya.
2. 3. 4. Lebah madu
Hutan mangrove merupakan salah satu tempat bersarang yang baik bagi lebah madu, sehingga mangrove sangat potensial untuk menghasilkan madu. Umumnya, lebah madu membuat sarang pada pohon Avicennia spp, Ceriops spp., dan Excoecaria agallocha. Dengan adanya lebah madu membuat sarang di pohon-pohon mangrove akan sangat menguntungkan bagi masyarakat di sekitar kawasan mangrove, yakni dapat memungut madu. Selain memungut madu dari alam dari alam, masyarakat juga bisa mendapatkannya dengan beternak lebah madu.
Hutan mangrove juga merupakan habitat bagi beberapa satwa liar yang diantaranya terancam punah, seperti harimau sumatera (Panthera tigris sumatranensis), bekantan (Nasalis larvatus), wilwo (Mycteria cinerea), bubut hitam (Centropus nigrorufus), dan bangau tongtong (Leptoptilus javanicus, dan tempat persinggahan bagi burung-burung migran.
BAB III
HASIL KAJIAN DAN PEMBAHASAN HASIL KAJIAN
3. 1. Hasil Kajian
Upaya pemanfaatan hutan bakau dengan tidak menggurangi kelestarian dan merusak hutan bakau atau mangrove tersebut adalah :
3.1.1 Korelasi Hutan Bakau Dengan Biota Laut
Peranannya dengan ekosistem pesisir lain sangat jelas, yaitu sebagai penghasil zat hara bagi kesuburan perairan, sehingga tingkat produktivitas primer mangrove cukup tinggi selain padang lamun. Peranan ini sekaligus menjadikan hutan mangrove dan perairan di sekitarnya merupakan da¬erah pemijahan, asuhan, mencari makan dan perlindungan bagi biota laut seperti udang, kepiting, ikan dan jenis-jenis spesies lain. Kepiting merupakan biota laut dominan di daerah mang¬rove, yang memakan daun mangrove dan serasah lainnya. Kebiasaannya ini sangat berperan dalam membentuk detritus dan daur unsur hara, demikian juga dengan anelida dan nematoda yang hidup dalam redimen hutan mang¬rove.
Penurunan daya dukung hutan mangrove akibat pemanfaatan lahan dan pembabatan pohon mangrove akan sangat mengurangi fungsi ekologinya, termasuk hubungan dengan ekosistem pesisir lain dan manusia.
Untuk itu, semua instansi terkait dapat bekerja sama dalam pelestarian ekosistem ini dan pemangku kepentingan dapat membantu secara aktif. Semua usaha ini dilakukan tidak hanya untuk pemulihan dan meningkatkan peranan hutan mangrove, tetapi juga untuk pelestarian biota laut lainnya yang menjadi salah satu sumber protein hewani bagi masyarakat.
3. 1.2 Pemulihan dan Pendayagunaan Potensi Hutan Mangrove
Pada dasarnya hutan mangrove merupakan ekosistem yang kaya dan menjadi salah satu sumberdaya yang produktif. Namun sering pula dianggap sebagai lahan yang terlantar dan tidak memiliki nilai sehingga pemanfaatan yang mengatasnamakan pembangunan menyebabkan terjadinya kerusakan. Pengelolaan tambak memang menjanjikan hasil yang menggiurkan tetapi sangat perlu dilihat kesinambungan dan kelestarian lingkungan yang sudah terbentuk sebelumnya. Kondisi ini memerlukan suatu strategi yang jelas dan nyata untuk dapat mempertahankan dan mengelola secara baik dan utuh hutan mangrove. Untuk itu perlu dikaji pendayagunaan potensi hutan mangrove, sebagai salah satu bagian dari ekosistem pesisir, secara berkelanjutan berbasis masyarakat.
3.2 Pembahasan
Upaya yang harus dilakukan untuk menjaga kelestarian Hutan Mangrove dapat dilakukan melalui teknik silvofishery dan pendekatan bottom up dalam upaya rehabilitasi. Silvofishery merupakan teknik pertambakan ikan dan udang yang dikombinasikan dengan tanaman kehutanan dalam hal ini adalah vegetasi hutan mangrove. Usaha ini dilakukan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan dan memelihara ekosistem hutan mangrove sehingga terjaga kelangsungan hidupnya.
Pengelolaan hutan mangrove sebenarnya sudah diatur dalam peraturan pemerintah. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, disebutkan dalam kaitan kondisi mangrove yang rusak, kepada setiap orang yang memiliki, pengelola dan atau memanfaatkan hutan kritis atau produksi, wajib melaksanakan rehabilitasi hutan untuk tujuan perlindungan konservasi. Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Pemerintah Propinsi, Pemerintah Pusat terbatas pada pola umum dan penyusunan rencana makro rehabilitasi hutan dan lahan. Sedangkan penyelenggaraan rehabilitasi hutan dan lahan dilakukan oleh pemerintah daerah, terutama Pemerintah Kabupaten/Kota, kecuali di kawasan hutan konservasi masih menjadi kewenangan Pemerintah Pusat. Selain itu, pemerintah harus mempertahankan kondisi mangrove yang masih ada dengan menghentikan perizinan yang bertujuan mengkonversikan hutan mangrove menjadi bentuk lain seperti tambak, pertanian, HPH, industri, pemukiman dan sebagainya.
Selama ini pelaksanaan pemulihan ekosistem mangrove yang telah terjadi pada beberapa tahun belakangan ini dilakukan atas perintah dari atas (pemerintah). Seperti suatu kebiasan dalam suatu proyek apapun yang namanya rencana itu senantiasa datangnya dari atas sedangkan bawahan (masyarakat) sebagai ujung tombak pelaksana proyek hanya sekedar melaksanakan perintah atau dengan istilah populer dengan pendekatan top-down.
Pelaksanaan proyek semacam ini tentu saja kurang memberdayakan potensi masyarakat, padahal idealnya masyarakat tersebutlah yang harus berperan aktif dalam upaya pemulihan ekosistem mangrove tersebut, sedangkan pemerintah hanyalah sebagai penyedia dana, pengontrol dan fasilitator berbagai kegiatan yang terkait. Akibatnya setelah selesai proyek, yaitu saat dana telah habis, tentu saja pelaksana proyek tersebut merasa sudah habis pula tangung jawabnya. Di sisi lain masyarakat tidak merasa ikut memiliki (sense of belonging tidak tumbuh) hutan mangrove tersebut. Masyarakat beranggapan bahwa hutan mangrove tersebut adalah milik pemerintah dan bukan milik mereka, sehingga jika masyarakat membutuhkan, mereka tinggal mengambil tanpa merasa diawasi oleh pemerintah atau pelaksana proyek.
Karena pendekatan top down kurang memberdayakan masyarakat maka diterapkanlah pendekatan secara bottom up yang merupakan suatu teknik dalam rehabilitasi hutan mangrove yang lebih banyak melibatkan masyarakat. Seyogyanya upaya pemulihan hutan mangrove adalah atas biaya pemerintah, sedangkan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi keberhasilan dan pemanfaatannya secara berkelanjutan semuanya dipercayakan kepada masyarakat. Dalam pelaksanaannya kegiatan tersebut dapat juga melibatkan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) bersama perangkat desa, pemimpin masyarakat dan lain-lain. Dengan demikian semua proses rehabilitasi (reboisasi) hutan mangrove yang dimulai dari proses penanaman, perawatan, penyulaman dilakukan oleh masyarakat sehingga masyarakat merasa memiliki dan akan selalu turut menjaga kelestarian hutan mangrove.
Hasil dari kegiatan dengan pendekatan bottom up ini akan menjadikan masyarakat enggan untuk merusak hutan mangrove yang telah mereka tanam, sekalipun tidak ada yang mengawasinya, karena masyarakat sadar bahwa kayu yang mereka potong tersebut sebenarnya adalah milik mereka bersama. Tugas pemerintah hanyalah memberikan pengarahan secara umum dalam pemanfaatan hutan mangrove secara berkelanjutan, sebab tanpa arahan yang jelas nantinya akan terjadi konflik kepentingan dalam pengelolaan jangka panjang. Pendekatan bottom up akan menumbuhkan partisipasi masyarakat juga sekaligus merupakan proses pendidikan bagi masyarakat.
Selain itu juga kondisi hutan mangrove yang terjaga dapat menjadi objek wisata yang pada akhirnya mampu menumbuhkan perekonomian masyarakat di sekitarnya. Hutan mangrove merupakan objek wisata alam yang sangat menarik. Hutan mangrove yang telah dikembangkan menjadi obyek wisata alam antara lain di Sinjai (Sulawesi Selatan), Muara Angke (DKI), Suwung, Denpasar (Bali), Blanakan dan Cikeong (Jawa Barat), dan Cilacap (Jawa Tengah). Karakteristik hutannya yang berada di peralihan antara darat dan laut memiliki keunikan. Para wisatawan juga memperoleh pelajaran tentang lingkungan langsung dari alam.
Ada beberapa hal penting lainnya yang dapat dilaksanakan dalam upaya pelestarian hutan mangrove, yaitu:
1. Mengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna yang mengkombinasikan antara teori dengan pengetahuan tradisional yang sudah terbentuk sebelumnya yang lebih mudah diterima dan dikembangkan sesuai dengan keadaan setempat.
2. Perlu adanya peraturan-peraturan tertulis mengenai tanggung jawab pemerintah dan masyarakat akan kelangsungan ekosistem hutan mangrove berupa peraturan daerah.
Seperti kita ketahui bersama, tambak tradisional yang telah dikembangkan selama berabad-abad silam tidak terlalu menjadi hal yang merisaukan dari segi lingkungan karena menggunakan vegetasi mangrove sebagai bagian dari sistem. Hal ini merupakan suatu bentuk kearifan lokal yang patut dijadikan orientasi dalam pelestarian hutan mangrove. Untuk pengembangan teknologi yang berorientasi pada tradisi masyarakat perlu kiranya dilakukan penelitian-penelitian seputar kawasan hutan mangrove yang melibatkan masyarakat pesisir. Untuk itu perlu adanya peran aktif para peneliti baik dari civitas akademika maupun dari lembaga-lembaga penelitian pemerintah dan swasta. Selain itu peran serta pemerintah sebagai fasilitator sangat diharapkan sehingga akan memperlancar terlaksananya berbagai riset yang berhubungan dengan upaya pelestarian hutan mangrove.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4. 1. Kesimpulan
Mangrove adalah vegetasi hutan yang tumbuh dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut, sehingga lantainya selalu tergenang air. Tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut. Kata mangrove adalah kombinasi antara bahasa Portugis mangue dan bahasa Inggris grove.
Hutan mangrove mempunyai tajuk yang rata dan rapat serta memiliki jenis pohon yang selalu berdaun. Keadaan lingkungan di mana hutan mangrove tumbuh, mempunyai faktor-faktor yang ekstrim seperti salinitas air tanah dan tanahnya tergenang air terus menerus. Meskipun mangrove toleran terhadap tanah bergaram (halophytes), namun mangrove lebih bersifat facultative daripada bersifat obligative karena dapat tumbuh dengan baik di air tawar. Flora mangrove terdiri atas pohon, epipit, liana, alga, bakteri dan fungi. Jenis-jenis tumbuhan yang ditemukan di hutan mangrove Indonesia adalah sekitar 89 jenis, yang terdiri atas 35 jenis pohon, 5 jenis terna, 9 jenis perdu, 9 jenis liana, 29 jenis epifit dan 2 jenis parasit.
Dari sekian banyak jenis mangrove di Indonesia, jenis mangrove yang banyak ditemukan antara lain adalah jenis api-api (Avicennia sp), bakau (Rhizophora sp), tancang (Bruguiera sp), dan bogem atau pedada (Sonneratia sp), merupakan tumbuhan mangrove utama yang banyak dijumpai.
Peranannya dengan ekosistem pesisir lain sangat jelas, yaitu sebagai penghasil zat hara bagi kesuburan perairan, sehingga tingkat produktivitas primer mangrove cukup tinggi selain padang lamun. Peranan ini sekaligus menjadikan hutan mangrove dan perairan di sekitarnya merupakan da¬erah pemijahan, asuhan, mencari makan dan perlindungan bagi biota laut seperti udang, kepiting, ikan dan jenis-jenis spesies lain. Kepiting merupakan biota laut dominan di daerah mang¬rove, yang memakan daun mangrove dan serasah lainnya. Kebiasaannya ini sangat berperan dalam membentuk detritus dan daur unsur hara, demikian juga dengan anelida dan nematoda yang hidup dalam redimen hutan mang¬rove.
Untuk itu, semua instansi terkait dapat bekerja sama dalam pelestarian ekosistem ini dan pemangku kepentingan dapat membantu secara aktif. Semua usaha ini dilakukan tidak hanya untuk pemulihan dan meningkatkan peranan hutan mangrove, tetapi juga untuk pelestarian biota laut lainnya yang menjadi salah satu sumber protein hewani bagi masyarakat.
4. 1. Saran
Mengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna yang mengkombinasikan antara teori dengan pengetahuan tradisional yang sudah terbentuk sebelumnya yang lebih mudah diterima dan dikembangkan sesuai dengan keadaan setempat.
Perlu adanya peraturan-peraturan tertulis mengenai tanggung jawab pemerintah dan masyarakat akan kelangsungan ekosistem hutan mangrove berupa peraturan daerah.
Serta kesadaran masyarakat akan pentingnya konservasi harus ditanamkan.
DAFTAR PUSTAKA
Sinar Harapan, Senin, 28 September 2009
OLEH: AUGY SYAHAILATUA, PHD
Fakultas Peternakan Perikanan & Ilmu Kelautan, Universitas Negeri Papua. Oleh Agustina Y.S. Arobaya*) dan Freddy Pattiselanno**)
http://tumoutou.net/702_04212/zeinyta_a_h.htm
(www.lablink.or.id)
Wikipedia.indonesia
Eddy, Syaiful. 2008. Pengelolaan Potensi Hutan Mangrove Secara Berkelanjutan. Palembang . Jurusan Biologi FMIPA Universitas PGRI Palembang.
Khazali, M. 2005. Panduan Teknis Penanaman Mangrove Bersama Masyarakat. Wetlands International-Indonesia Programme. Bogor. (Online), (http://www.pmdmahakam.org, diakses 20 Mei 2010).
Nybakken, J.W. 1982. Marine Biology: An Ecological Approach. Terjemahan Dr. M.Eidman. Jakarta: Gramedia.
Onrizal. 2002. Evaluasi Kerusakan Kawasan Mangrove dan Alternatif Rehabilitasinya di Jawa Barat dan Banten. Fakultas Pertanian Program Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara. Medan. (Online), (http://library usu.ac.id, 20 Mei 2010).
Rahmawaty. 2006. Upaya Pelestarian Mangrove Berdasarkan Pendekatan Masyarakat. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan. (Online), (http://library usu.ac.id, diakses 20 Mei 2010).
Walhi. 2006. Degradasi Hutan Bakau dan Akibatnya (Online), http://www.walhi.or.id, diakses 20 Mei 2010).
HUTAN BAKAU SEBAGAI PENDUKUNG FUNGSI BIOTA TEPI PANTAI
UPAYA PELESTARIAN HUTAN BAKAU
Langganan:
Postingan (Atom)